ULTRAS di Indonesia

>> Fokus

THE JAK (PERSIJA Jakarta) - VIKING (PERSIB Bandung)


Saya mencoba untuk
menelusuri tentang dua berometer fans Ultras di Indonesia, yaitu Viking dan Jakmania. Perseteruan Viking dan Jakmania seakan telah menjadi legenda di persebakbolaan tanah air.Mungkin seakan sudah di takdirkan, kedua kelompok suporter ini memang sangat sulit untuk akur satu sama lain. Yel-yel ejekan bagi masing-masing kelompok suporter ini pun senantiasa membahana di kandang masing-masing tim kesayangan. Hal ini bahkan tak meandang apapun lawan mereka.

Di sisi lain, deretan kejadian sikap anarkis antara satu dan lainnya pun kerap terjadi. Hampir tiap Liga Indonesia bergulir, kejadian demi kejadian yang mencoreng persebakbolaan kerap terjadi. Baik di Jakarta maupun Bandung, Viking dan Jakmania masih sulit untuk disatukan. Akibatnya, pertandingan Persib melawan Persija kerap menjadi partai neraka, baik bagi pemain maupun suporter tamu.Bahkan Izin dari kepolisian sangat sulit sekali di turunkan menjelang partai ini.

Agum Gumelar, saat masih menjadi Ketua Umum PSSI, pernah angkat bicara."Saya menyesalkan pertikaian ini masih terus terjadi. Seharusnya masing-masing pihak saling mengerti dan memahami," katanya. Namun ya tetap saja, kedua kelompok 'Ultras' ini sangat sulit sekali untuk akur.


Imbauan ini pun mendapat sambutan positif. Selang beberapa waktu, acara silaturahmi antara kedua perkumpulan suporter itu pun digelar. Ketua Jakmania ketika itu, T. Ferry Indrasjarif hadir dalam pertemuan tersebut. Menyusul kemudian rombongan dari Viking dipimpin ketuanya Herru Joko. Sayang, pertemuan yang digagas pengurus Perib dan Persija itu gagal. Perselisihan pun terus bergulir. Aksi saling membalas kembali berulang.

Mencari siapa yang salah tentu tidak lagi relevan saat ini. Terlebih, kedua kubu sama-sama sudah merasakan kerugian. Viking tidak bisa menyaksikan pertandingan Persib di Jakarta. Sebaliknya, Jakmania juga harus puas mendoakan Persija dari jauh saat bertarung di Stadion Siliwangi.

Korban pun telah berjatuhan. Di sisi lain, pemain kedua tim senantiasa merasa waswas saat jelang laga di kandang lawan. Pengakuan suporter bahwa aksi kerusuhan yang dilakukan atas dasar rasa fanatisme yang tinggi terhadap klub kesayangannya, jelas salah besar.

Mereka salah mengejawantahkan arti fanatisme jika ujung-ujungnya melahirkan kerusuhan. Ini hanya akan berakhir sebagai fanatisme yang kebablasan. Toh pada akhirnya banyak pihak yang akan dirugikan.


Tapi bagaimanapun inilah 'seni' dari Sepakbola, jika hanya ingin mengenal sepakbola hanya dari apa yang ada di lapangan maka anda salah besar. Sepakbola itu kehidupan bagi para Ultras, bahkan nyawapun akan di relakan demi klub yang di dukungnya. Di Italia contohnya,seperti Juventini,Milanisti dengan Interisti Atau Laziale dengan Romanisti sperti sudah seteru abadi di sana. Sekali lagi saya katakan bahwa INILAH 'SENI' DARI SEPAKBOLA.

SMeCK dan KAMPAK FC - PSMS Medan


PERSATUAN Sepakbola Medan Sekitarnya atau biasa disingkat PSMS Medan adalah salah satu klub sepakbola yang berbasis di Medan. PSMS telah ada sejak 21 April 1950. Terlepas itu, sejak tahun 1930 telah berdiri klub Medansche Voetbal Club (MSV) yang diyakini merupakan embrio PSMS.

Sejak dulu memang kota Medan dikenal dengan perkebunan tembakau delinya, maka tak heran logo PSMS pun berupa daun dan bunga tembakau deli. Ayam Kiantan sendiri dikenal dengan tipe permainan khas rap-rap atau ribak sude, yakni sepakbola yang berkarakter keras, cepat dan ngotot namun tetap menjunjung sportivitas. Inilah yang kerap ditunjukkan oleh tim hijau-hijau tersebut.

Stadion Teladan adalah kandang PSMS Medan, namun stadion pernah dianggap tidak layak oleh Badan Liga Indonesia saat masih berlaga di Liga Super Indonesia hingga sempat melanglangbuana ke Stadion Jalak Harupat Bandung dan Stadion Gelora Jakabaring Palembang.

Mungkin hal ini jugalah yang membuat permainan PSMS agak menurun. Akibatnya, PSMS turun kasta ke Divisi Utama setelah gagal mengalahkan Persebaya Surabaya di laga playoff.

Tak jauh beda dengan klub-klub sepakbola yang ada di daratan Britania sana dengan suporter fanatiknya, di Medan juga ada pendukung yang selalu setia menemani Ayam Kinantan berlaga. Sebut saja KAMPAK FC (Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam Kinantan Fans Club) dan SMECK FC (Suporter Medan Cinta Kinantan Fans Club)

KAMPAK FC berdiri sejak 14 Februari 2001 hasil prakarsa Dicky Anugerah dan Riza Andriansyah. KAMPAK FC juga tercatat sebagai kelompok suporter pertama yang ada di kota Medan. Kini, mereka memiliki sekitar 5000 simpatisan dan sebagian besar simpatisan telah terdaftar resmi dan memiliki kartu tanda anggota.

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=74619:menapaki-sejarah-ayam-kinantan&catid=38:kreasi&Itemid=62

ULTRAS di Indonesia

SMS(SRIWIJAYA MANIA SUMSEL) - SRIWIJAYA FC



Pada tahun 2004 pemprov Sumatera selatan melakukan take over pembelian Klub sepak bola jawa timur Persijataim Solo yang saat ini berubah nama menjadi Sriwijaya fc. Untuk mendukung tim kebanggan kota Palembang sriwijaya fc yang berlaga didivisi utama, maka dibentuklah suatu komunitas pencinta sepak bola Palembang yang bernama fans sriwijaya mania yang didirikan oleh beberapa orang saja.
Setelah musim kompetisi liga Indonesia tahun 2004 berakhir, kelompok suporter sriwijaya fc yang dulu nya bernama fans sriwijaya berubah nama menjadi sriwijaya mania yang dipimpim oleh saudara Masyahiril S.pd. Setelah menjabat sebagai ketua umum sriwijaya mania yang pertama priode 2005/ 2006 banyak masyarakat yang bergabung menjadi kelompok suporter sriwijaya mania. Pada tahun 2005 jumlah anggota sriwijaya mania semakin bertambah banyak hinga ke daerah-daerah yang berada di Sumatera Selatan. Pada tahun 2005 kompetisi baru berjalan setengah kompetisi, kelompok suporter sriwijaya fc , sriwijaya mania yang dipimpim Masyahiril terpecah menjadi dua, dan memisahkan diri dari sriwijaya mania dan muncul lah kelompok suporter baru di Palembang yang di dirikan oleh 8 orang yang menamakan kelompok suporter mereka singa mania..

Perpecahan yang terjadi ditubuh sriwijaya mania ini disebabkan oleh kurang nya tranparansi sistem kemajemenan yang dipimping oleh masyahiril. Beberapa anggota lama sriwijaya mania yang merasa kurang puas atas kinerja masyahiril selama ini melakukan pemberontak dan membuat kelompok suporter baru yang mereka namai singa mania yang di perkasai oleh 8 orang. Setelah masa kerja ketua umum sriwijaya mania masyahiril usai diadakanlah pemilihan ketua umum baru sriwijaya mania untuk priode 2006/2007, dalam rapat pemilihan ketua umum yang di selengarakan dan di hadiri oleh perwakilan masing-masing korwil terpilihlah Marthin Avetama S.E. A.K sebagai ketua umum sriwijaya mania priode 2006/2007. Selama kepemimpinan Marthin Avetama kelompok suporter ini menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan banyak pencinta bola yang bergabung menjadi anggota sriwijaya mania. Tidak lama masa kepemimpinan ketum sriwijaya mania Marthin Avetama, ada berberapa orang anggota sriwjaya mania yang membelot dan tidak setuju atas kinerja Mathin Avetama selama ini.
Pada tahun 2006 diadakan lah rapat mendesak yang menuntuk diadakan nya pergantian ketua baru. Dalam rapat yang diadakan terjadi perpecahan suara antara kedua belah pihak, ada beberapa korwil yang tidak setuju atas kinerja ketua lama selama ini menuntut ada nya pemilihan ketua baru dan ada pula yang menentang atas tindakan sepihak atas pemilihan ini. Dalam Rapat ini terpilihlah keputusan sepihak yang terpilihnya ketua umum baru Sriwijaya Mania. Pada saat terjadi rapat pemilihan ketua yang baru ketua umum sriwijaya mania sedang berada di jakarta. Korwil-korwil yang merasa tidak setuju atas terpilihnya ketua baru yang bernama Rendra ini, memutuskan untuk terus mendukung Marthin Avetama dan membentuk suporter sendiri yang lebih independent dan mandiri. pada tahun 2007 setelah pemisahan diri Marthin Avetama dan para pendukung nya membentuk kelompok suporter baru yang bernama SRIWJAYA MANIA SUMSEL.
Saat ini sriwjaya mania sumsel telah memiliki ribuan masa suporter yang ter organisir oleh beberapa korwil yang berada di kota palembang. Tecatat ada 23 korwil Dan 5 Korda di Jawa (Banjarnegara,Jogja,Tanggerang,Bogor,Jakarta)yang tergabung dalam wadah pencinta bola sumatera sumsel (from email)

http://suporter.info/sejarah-berdirinya-smssriwijaya-mania-sumsel

ULTRAS di Indonesia

Aremania - Arema Malang


Sejarah Aremania: zaman Galatama

▪ Arema berdiri pada Agustus 1987. Pada waktu itu Liga Indonesia dibagi dua: Liga tim semi-profesional bernama Galatama dan Liga Perserikatan.

▪ Selama zaman Galatama beberapa geng pemuda Malang merupakan para suporter Arema. Selama zaman itu suporter Arema bukan suporter murni tetapi suporter brutal seperti Hooligan Inggris. Perilaku geng-geng tersebut berdasarkan pada egoisme yang buruk. Di stadion setiap geng mencoba membuktikan siapa yang paling keras.

▪ Selama zaman itu persaingan keras antara suporter Surabaya dan Malang dimulai. Sering terjadi di Surabaya pengrusakan kendaraan yang berplat N dan di Malang kendaraan yang berplat L mengalami hal yang serupa. Juga pada tahun 1992 ada semacam ‘sweeping’ menghadapi orang Surabaya di Malang. Polisi harus melaksanakan operasi agar aksi brutal itu dapat dicegah.



Sejarah Aremania: zaman Ligina

▪ Sekitar pertengahan tahun 1990-an istilah Aremania mulai dipakai sebagai nama suporter Arema. Sementara itu geng-geng di Malang mulai luntur.

▪ Anggota geng yang pada akhir tahun 1980-an masih muda, di pertengahan tahun 1990-an sudah lebih dewasa. Munculnya generasi geng baru di Malang tidak terjadi karena faktor perubahan sepak bola di Indonesia dan upaya pencegahan dari beberapa tokoh Aremania.

▪ Pada tahun 1990-an pemain asing mulai bermain untuk klub-klub Liga Indonesia. Pada tahun 1994 klub Galatama dan Perserikatan digabungkan menjadi Ligina. Setelah itu klub-klub dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah timur dan wilayah barat. Pada akhir Ligina juara Ligina ditentukan dengan putaran ‘play-off’. Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) mulai mendorong perkembangan Liga yang lebih profesional.

▪ Nama Aremania serta simbol Singo Edan diciptakan oleh beberapa tokoh Aremania sehingga dapat mempersatukan suporter Arema. Suporter Arema didorong tokoh Aremania menjadi rukun dan sportif.

▪ Namun proses itu mengalami hambatan. Persaingan keras antara suporter Malang dan Surabaya terjadi sampai sekarang. Konflik antara dua kelompok suporter ini di Malang masih terjadi sampai tahun 1999.

▪ Insiden di luar Malang terjadi sampai tahun 2001. Yang paling parah setelah zaman Galatama terjadi di Sidoarjo pada Mei tahun 2001.

Aremania: Bukan Organisasi

▪ Persatuan Aremania bersdasarkan pada ide inklusif, yaitu bahwa semua suporter Arema bersaudara. Sistem ketertiban suporter tergantung pada pengurus suporter, Koordinator Wilayah atau korwil. Tokoh korwil adalah pengurus suporter di sebuah kampung atau daerah.

▪ Tokoh korwil mempunyai hubungan dengan RT setempat, Polresta Malang dan PS Arema. Kalau Aremania ingin menyaksikan pertandingan di luar Malang harus meminta izin terlebih dahulu.

▪ Anggota korwil yang membayar iuran mendapatkan dua kartu identitas Aremania. Anggota Aremania pasti mendapatkan tiket pertandingan melalui tokoh korwil dengan harga loket. Kalau anggota ikut tur dia diakui sebagai Aremania di berbagai tempat karena memakai kartu identitas tersebut.

▪ Manfaat untuk para suporter adalah mereka menjadi sangat tertib di kandang sendiri atau di kota klub lawan. Karena sistem organisasi itu, ribuan suporter bisa datang ke Jakarta atau Gresik tanpa ada masalah serius apapun.

▪ Di antara korwil yang ada di Malang tidak ada ketua umum. Begitu banyak korwil kadang-kadang tidak ada kesepakatan. Dan usulan bahwa Aremania seharusnya dilembagakan ditolak. Aremania tidak dapat dengan mudah disalahgunakan oleh pihak tertentu untuk tujuan tertentu karena Aremania bukan sebuah organisasi. Aremania tergantung pada tujuan dasar untuk mendukung Arema. Kalau Aremania disalahgunakan barangkali persatuannya akan hancur.

Atraksi Pertandingan Arema

Suporter Arema telah membuat atraksi pertandingan selain pertandingan sepak bola itu sendiri. Yang tersebut dibawah ini adalah hal-hal yang terjadi sebelum dan selama berlangsungnya pertandingan:

12.00 Daerah di sekitar stadion Gajayana kandang tim Singo Edan mulai didekati suporter.

14.00 Sektor ekonomi mulai ramai sekali.

14.30 Tribun VIP mulai ramai.

15.00 Dirigen Aremania tiba di stadion. Di belakang gawang utara dirigennya bernama Yuli. Di gawang selatan dirigennya bernama Kapet. Mereka memulai semacam latihan sorak-sorai, lagu dan dansa yang terus berlangsung sampai akhir pertandingan.

15.20 Pemain-pemain masuk lapangan untuk latihan. Nama setiap pemain dipanggil satu persatu oleh penyiar. Pemain Arema menerima tepuk tangan yang meriah.

15.25 Penonton semua berdiri, mengangkat syalnya dan dengan kompak menyanyikan lagu ‘Padamu Negeri’.

15.30 Permulaan pertandingan sepak bola.

Di belakang gawang terjadi semacam pesta suporter. Ada beberapa pemain tambur yang membantu dirigen. Ada bermacam-macam lagu dinyanyikan suporter sambil menirukan gerak-gerik dirigen. Selama dansa itu, suporter melambaikan tangan dan syal atau bendera sambil melompat-lompat.

17.30 Pertandingan telah berakhir dan Aremania pulang. Walaupun kalah Aremania tidak membuat kericuhan.

Aremanita: Kehadiran suporter perempuan

▪ Selama Ligina VIII di stadion Gajayana tidak ada masalah yang lebih serius dari lemparan botol plastik.

▪ Sudah begitu aman bagi suporter perempuan untuk hadir. Lagipula mereka berkumpul atas nama Aremanita. Aremanita berusaha untuk menghapus tanggapan negatif terhadap suporter perempuan di Malang.

http://acil15.blogspot.com/2009/05/sejarah-aremania-zaman-galatama-arema.html

ULTRAS di Indonesia

 Bonek PERSEBAYA



Istilah Bonek muncul secara tiba-tiba dan besar juga karena media massa yang awalnya bagus yang lambat laun justru mengalami pergeseran pengertian dan akhirnya lebih berkonotasi negatif. Masih ingat gimana dulu Jawa Pos dengan koordinator langsung Cak Dahlan Iskan pernah memberangkatkan ratusan bus, puluhan gerbong KA dan pesawat terbang menuju Jakarta. Tret..tret.. tetttt... begitulah tema yg usung Jawa Pos tahun 1988-an. Dan sebutan populer untuk suporter persebaya waktu itu adalah 'Green Force'.

Antusias bukan hanya dari surabaya saja, tetapi juga datang dari kota-kota besar di Jawa Timur. Bahkan dalam suatu kolom di Jawa Pos selama 7 hari berturut2 ada komentar & kesan-kesan dari para peserta Tret tret tett yg tertulis dengan foto para peserta lengkap dengan alamatnya. Begitu antusiasnya jawa pos sampai dalam head line news tertulis "Hijaukan senayan" dan sambuatn masyarakat surabaya dan jawatimur pun luar biasa. Dalam ceritanya ada yg sampai menggadaikan motornya, menjual TV, Tape, perhiasan istrinya dan peralatan rumah tangga lainnya, yg muda2 banyak yg harus mengamen dulu pokoknya harus bisa ke senayan !!. Modal Tekad itulah semangat untuk meng-hijaukan senayan begitu menggebu. Sementara yg punya duit pas-pasan masih ada cara lain yaitu 'menggandol' truk secara estafet mulai dari Surabaya - Jakarta sambil mengamen di jalanan. Bahkan ada juga yg berangkat jauh2 hari sebelum pertandingan final (padahal persebaya belum tentu masuk final) dengan menumpang gerbong kereta pertamina yg jalannya kayak keong itu... pokoknya sampe Jakarta. Semangat yang positif dan antusiasme tanpa ada ANARKISME dan KERUSUHAN dengan melibatkan massa banyak itulah yg mendapatkan acungan jempol banyak kalangan di Indonesia saat itu. Sebagai catatan senayan ketika itu dijejali 110 Ribu penonton dari Surabaya dan Bandung !! Suporter Persebaya sendiri sekitar 40% nya (masih kalah banyak dengan bandung yg memang jaraknya lebih dekat). Suatu rekor jumlah penonton yg barangkali sampai saat ini belum terpecahkan. Belum lagi semangat heroik dari beberapa suporter persebaya yg memanjat dan merayap sampai ATAP bangunan senayan yg berbentuk lingkaran itu hanya untuk membentangkan spanduk super raksasa warna hijau tulisan putih yg bertuliskan "Merah Darahku Putih Tulangku Bersatu Dalam Semangatku".

Nah Semangat itulah dengan berbagai cara yg HALAL untuk datang mendukung persebaya ke senayan membuat beberapa media massa, terutama JAPOS sebagai pelopornya mulai mengistilahkan BONEK (Bondo Nekad), dalam as** tulisan mereka bahwa semangat hidup dan semangat untuk maju manusia perlu punya modal tekad yg kuat. Modal tekad atau Bondo Nekad atau Bonek sejatinya tidak seperti yg ditunjukkan oleh generasi bonek-bonek saat ini yg justru cenderung brutal, nekad dalam arti menghalalkan segala cara adalah bukan Bonek yang sesungguhnya. Sebetulnya kesalahan juga dari para bonek sebelumnya yg tidak meninggalkan warisan bonek yg sebenarnya, juga media massa yg kadang ikut mengompori dan bahkan seakan-akan ikut membenarkan. Bahkan kerusuhan bonek sudah menjadi semacam rejeki buat mereka, karena berita tentang Bonek tentunya akan meningkatkan oplah surat kabar mereka. Salah kaprah lainnya adalah istilah Modal Tekad dan Modal Nekad sebetulnya serupa tapi tak sama. Tekad lebih ke semangat untuk melakukan tindakan sedangkan nekad lebih ke tindakan yg dilakukannya. Seharusnya bukan Bondo Nekad tetapi Bondo Tekad... tetapi untuk kemudahan pengucapan lebih cenderung Bondo Nekad alias Bonek.


Semoga kelak suporter persebaya bisa lebih baik lagi. Urusan semangat dan tekad jangan dihilangkan. Yang patut kita perbaiki adalah bagaimana kita bisa melakukan takad ke arah tindakan yg positif dengan organisasi yg lebih rapi dan terkoordinir. Untuk urusan tekad dan nekad.... nggak usah di ragukan arek suroboyo nomer siji. Tapi Untuk urusan organisasi yg terkoordinir kita perlu belajar dari suporter lain. Ibaratnya kita saat ini merasakan getahnya, kalau roda berputar posisi kita saat ini berada di paling bawah. Tapi insya Allah, saatnya Bonek ada di atas bukan karena kebrutalannya tapi semangat terorganisasi dan tekad ala Arek Suroboyo yg harus dikedepankan !!

http://www.bonek-rungkut.co.cc/2009/08/sejarah-bonek.html 

ULTRAS di Indonesia

The JAK - PERSIJA

19 February 2008
Sejarah The Jakmania

The Jakmania berdiri sejak Ligina IV, tepatnya 19 Desember 1997. Markas dan sekretariat The Jakmania berada di Stadion Menteng. Setiap Selasa dan Jumat merupakan rutinitas The Jakmania baik itu pengurus maupun anggota untuk melakukan kegiatan kumpul bersama membahas perkembangan The Jakmania serta laporan-laporan dari setiap bidang kepengurusan.

Tidak lupa juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru dalam rutinitas tersebut. Ide ini muncul dari Diza Rasyid Ali, manajer Persija waktu itu. Ide ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Sebagai pembina Persija, memang Bang Yos (sapaan akrabnya)sangat menyukai sepakbola. Ia ingin sekali membangkitkan kembali sepakbola Jakarta yang telah lama hilang baik itu tim maupun pendukung atau suporter.

Pada awalnya, anggota The Jakmania hanya sekitar 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok paling ideal disaat itu. Meski dari kalangan selebritis, Gugun tidak ingin diberlakukan berlebihan. Ia ingin merasa sama dengan yang lain.

Pengurus The Jakmania waktu itu akhirnya membuat lambang sebuah tangan dengan jari berbentuk huruf J. Ide ini berasal dari Edi Supatmo, yang waktu itu menjadi Humas Persija. Hingga sekarang, lambang itu masih dipertahankan dan selalu diperagakan sebagai simbol jati diri Jakmania.

Seiring dengan habisnya masa pengurusan, Gugun digantikan Ir. T. Ferry Indrasjarief. Ia lebih akrab disapa Bung Ferry. Masa tugas Bung Ferry adalah periode 1999-2001 dan kembali dipercaya untuk memimpin The Jakmania periode 2001-2003, 2003-2005.

Lelaki tinggi, tampan dan sarjana lulusan ITI Serpong inilah yang memimpin The Jakmania hingga 3 periode. Dibawah kepemimpinan Bung Ferry yang juga pernah menjadi anggota suporter Commandos Pelita Jaya, The Jakmania terus menggeliat. Organisasi The Jakmania ditata dengan matang. Maklum, Bung Ferry memang dibesarkan oleh kegiatan organisasi. Awalnya, sangat sulit mengajak warga Jakarta untuk mau bergabung.

Beruntung, pengurus menemukan momentum jitu. Saat tim nasional Indonesia berlaga pada Pra Piala Asia, mereka menyebarkan formulir di luar stadion. Dengan makin banyaknya anggota yang mendaftar sekitar 7200 anggota, dibentuklah Kordinator Wilayah (Korwil).

Dan sampai pendaftaran terakhir saat ini terdapat lebih dari 30.000 anggota dari 50 Korwil. Setelah diadakan Pemilihan Umum Raya 2005, untuk memilih Ketua Umum yang baru, akhirnya terpilihlah Ketua Umum Baru periode 2005-2007 yaitu Sdr. Hanandiyo Ismayani atau yang bisa dipanggil dengan Bung Danang.

disadur dari www.jakmania.org

ULTRAS di Indonesia

Vikig Persib Club - PERSIB BANDUNG

Melihat rangkaian sejarah perjalanan Viking Persib Club, maka para Vikers (anggotanya) akan selalu bercermin pada perjalanan Persib Bandung dalam mengarungi Samudra kompetisi sepakbola Indonesia, baik pada saat Kompetisi Perserikatan maupun pada saat Liga Indonesia. Berawal dari perjalanan prestasi “Sang Maung Bandung” yang begitu membanggakan dan menggetarkan dunia persepakbolaan Indonesia, khususnya pada dekade 1985 hingga dekade 1995, dimana Persib mampu memberikan suatu kebanggaan kepada para pencintanya, dengan tampil lima kali berturut-turut pada partai final Piala Presiden (Perserikatan kala itu), dan tiga kali diantaranya Persib berhasil tampil sebagai “Kampioen”, yang kemudian berlanjut dengan merebut gelar “Juara” untuk pertama kalinya pada kompetisi format baru, yaitu Liga Indonesia. “Totalitas” yang telah diberikan oleh Persib kepada para pencintanya, kemudian dijawab kembali dengan “Totalitas” oleh sekelompok Pendukung Fanatik Persib yang kala itu sering menempati Tribun Selatan Stadion Siliwangi. Tercetuslah ide untuk membentuk sebuah kelompok Bobotoh demi melestarikan dan menjaga kebesaran nama Persib, disamping untuk menyatukan aspirasi serta kesamaan rasa cinta kepada “Sang Idola” Persib Bandung.

Melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuklah sebuah kesepakatan bersama. Tepatnya pada Tanggal 17 Juli 1993, disebuah rumah dibahu jalan Kancra no. 34, diikrarkanlah sebuah kelompok Bobotoh dengan nama ….. VIKING PERSIB CLUB. Adapun pelopor dari pendiriannya antara lain ; Ayi Beutik, Heru Joko, Dodi “Pesa” Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap aktif dalam kepengurusan Viking Persib Club.

Nama VIKING diambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut dikenal dengan sifat yang keras, berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta senang menjelajah. Karakter dan semangat itulah yang mendasari “Pengadopsian” nama VIKING kedalam nama kelompok yang telah dibentuk.

Secara demonstratif, Viking Persib Club pertama kali mulai menunjukan eksistensinya pada Liga Indonesia I -- tahun 1993, yang digemborkan sebagai kompetisi semi professional pertama di Tanah Air kita. Slogan “PERSIB SANG PENAKLUK” begitu dominan terlihat pada salah satu atribut yang dipakai anggotanya.

Perjalanan waktu, kebersamaan, hubungan pertemanan, serta kesamaan rasa cinta yang telah terbina, pada akhirnya telah menjadikan Viking Persib Club sanggup bertahan hingga saat ini, bahkan semakin berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah nusantara.

Idealisme Viking Persib Club

Viking Persib Club adalah sebuah kelompok bukanlah organisasi atau fans club dengan segala aturan-aturan formal yang mengikatnya. Setiap anggota atau Vikers adalah bagian dari sebuah “Keluarga”, …. Dan layaknya sebuah Keluarga, keberagaman sifat dan tingkah laku yang berada didalamnya adalah merupakan sesuatu hal yang lumrah, dan Viking akan selalu berusaha untuk mengakomodir keberagaman tersebut.

Kelompok Suporter dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, karena didalamnya terdapat sekumpulan individu yang berinteraksi secara bersama-sama serta memiliki kesadaran keanggotaan yang didasarkan oleh kehendak dan prilaku yang disepakati. Seperti kebanyakan kelompok-kelompok Bobotoh lainnya yang turut terlahir sama seperti halnya Viking Persib Club, yaitu secara Grass Root (dari arus bawah), maka Viking Persib Club memiliki cara atau cirri khas dalam menyikapi setiap permasalahan anggotanya. Hubungan pertemanan dan kekeluargaan yang tulus, erat tanpa pamrih serta rasa persaudaraan yang tinggi menjadi modal yang kuat bagi VIKING untuk terus eksis selama beberapa dekade.

Keanggotaan Viking Persib Club yang semakin besar, jelas menuntut sebuah tanggung jawab serta pengaturan yang sedemikian rupa secara professional, agar dapat lebih terukur dari segi pendataan, keuangan, rutinitas maupun manajerial, yang tentu saja membawa dampak tanggung jawab yang sangat besar bagi kepengurusan Viking Persib Club. Namun tentu saja semua formalitas tersebut tidak akan menghilangkan warna, ciri khas serta karakter Viking Persib Club. “Viking tetaplah Viking! Dia harus bercirikan kedekatan yang tulus antar anggotanya dan berkarakter sebagai sebuah keluarga ataupun geng”

Viking Persib Club murni lahir secara independen berdasarkan inisiatif dari para Bobotoh dari golongan grass root. Dalam pandangan Viking, supporter tidak hanya berperan sebagai “tukang sorak” saat menyaksikan dan mendukung kesebelasan kesayangannya, tetapi peran supporter harus lebih dari itu! Dia harus menjadi pembangkit semangat saat tim kesayangannya jatuh bangun menunaikan tugasnya dilapangan. Supporter juga harus menjadi kekuatan tambahan bagi para pemain dilapangan, …… intinya, supporter harus menjadi pemain ke-12! Dan VIKING ingin menjadi pemain ke-12 bagi PERSIB.

Pada saat ini, …… ketika sepakbola sudah menjadi industri, Peranan Bobotoh buat PERSIB pun menjadi berkembang tidak hanya sebagai objek pelengkap saja. Bobotoh seharusnya menjadi bagian dari prestasi dan keberhasilan yang dicapai oleh PERSIB. Berangkat dari sana, ….. Viking Persib Club pun mulai mengembangkan sayapnya dalam berbagai bentuk aktualisasi diri, mulai dari peningkatan pengkoordiniran massa dengan dibentuknya “distrik” di berbagai wilayah pada kantung-kantung Bobotoh, Penjualan Merchandise, pembuatan album kompilasi Persib, hingga tour organizer yang menyelenggarakan pemberangkatan rombongan Bobotoh ketika mendukung PERSIB apabila bermain tandang.

Kepemimpinan & Kepengurusan Viking Persib Club

Sejak awal berdirinya hingga saat ini, ….. Viking Persib Club diketuai oleh Heru Joko, dengan Panglima --- Ayi Beutik. Pertanyaan yang muncul, ……. Mengapa harus ada figur panglima? Jawabannya singkat saja, karena Bobotoh terikat secara emosional, dan mereka mengikatkan diri kepada PERSIB dan juga kepada sesama pendukung Persib. Kata Panglima disini adalah sosok “Ibu” dalam keluarga, pengasuh bagi anak-anaknya, sosok yang memimpin serta melindungi para anggota apabila terjadi sesuatu dilapangan. Sedangkan jabatan Ketua Umum yang disandang Heru Joko, adalah sebagai figure kharismatik yang memiliki fungsi politis keluar organisasi atau kelompok lain. Lain halnya dengan Yoedi Baduy yang menjabat sebagai Sekretaris Umum, ia mengelola dan mengkoordinir segala bentuk kegiatan secara administratif. Bisa dikatakan ketiganya adalah pemimpin atau leader Viking Persib Club, yang tentu saja ditopang oleh pentolan-pentolan Viking Persib Club yang lainnya, seperti ; Yana Ewok, Asep “Ucok”, Yana Bool (Mr. Y), Dadan Gareng, Boseng, Odoy, Pesa dan Hendra Bule.

Dan yang tak kalah pentingnya lagi, …… kontribusi Distrik-distrik Viking Persib Club yang saat ini sudah tersebar diberbagai wilayah , seolah menjadi elemen penting lainnya bagi pendobrak berkembangnya Viking Persib Club dewasa ini.

http://www.vikingpersib.net

http://www.vikingpersib.net/viewpage.php?page_id=1

European clash with Liverpool.[BBC Report]

[BBC Report]

I was sitting in the Curva Sud, which is where all the Juventus ultras sit. Quite frankly it was all you would expect. It was very intimidating, very exhiliarating and very, very loud. There were a number of banners around, ones in English which said "It's easy to speak, it's hard to forgive". Another banner carried the message "UK equals United Killers". I saw plastic bottles being thrown at Liverpool supporters as well as coins and oranges.


The odd seat was ripped up and fans charged the plastic fences.

The irony was that the public address system announced that if fans were caught throwing anything or were guilty of shouting or any violent conduct, they would get thrown out of the stadium.
Yet time and again I saw people throwing bottles and throwing seats. But the stewards would just get hold of the fans and put them where they were before. This happened before the game, at half-time and at the end of the match. It was a little bit far for me to see if the fans were covering their faces so as not to be seen. But the chances of those supporters being identified afterwards and being charged are pretty low. There were problems outside the ground before the game kicked off but I have to say that that did not involve Liverpool fans at all. Liverpool fans were taken in coaches with police escorts from the city centre a good three hours before kick-off.



Juventus fans clash with police


And the ones that arrived the day of the game at the airport were also given a police escort directly into the ground. There were clashes between Juventus fans and police outside the stadium, with two cars, including one police car, set on fire. When I asked a policeman about this he said it was normal and that this is what happens at every high-profile game that Juventus play at Stadio Delle Alpi. Liverpool fans did throw missiles back and I saw them charging the fences separating them from the other Juventus fans. Liverpool always take their own club stewards with them and they were trying to calm their fans down and take them back to their seats. There was a lot of anger at the end of the match.

Some of the Juventus fans I spoke to asked why Liverpool were only apologising now, why it had taken 20 years for the club to apologise for what happened at Heysel, where 39 people died? They insisted that the only reason that everybody was talking about it now was because the two teams were drawn together in the Champions League. There is still a lot of anger in Turin towards the Liverpool fans. Liverpool would like to think that they went a long way to gaining the respect of Juventus after what they did at Anfield during the first leg. But there are still lots of people in the city that just won't let it lie.

Thursday, 14 April, 2005, 09:32 GMT 10:32 UK
http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/football/europe/4443587.stm

Lega Calcio Hukum Juventus Kosongkan Curva Sud


Akibat insiden berbau rasis, Juventus dihukum mengosongkan tribun tempat para ultras, Curva Sud di stadion Olimpico.

Oleh Agung Harsya

16 Jan 2010 00:51:00


Juventus menderita sedikit kerugian setelah Lega Calcio memutuskan akan membatasi jumlah penonton untuk pertandingan mereka melawan AS Roma pekan depan.

Hakim olahraga Giampaolo Tosel memutuskan, sebagai sanksi atas perilaku rasis para pendukungnya, Juventus harus mengosongkan tribun Curva Sud, tempat biasa para ultras Bianconeri mendukung tim kesayangannya. Denda uang dinilai tak lagi dapat menimbulkan efek jera.

"Dalam pertandingan Juventus melawan Napoli, fans yang berada tribun Curva Sud menghina pemain lawan dengan ucapan berbau rasis," bunyi pernyataan resmi Lega Calcio.

"Hakim merasa perilaku ini terus berulang dan memutuskan sanksi berupa pengosongan tribun Curva Sud."

Dalam pertandingan melawan AC Milan yang berakhir 3-0 untuk tim tamu pekan lalu, Juventus harus membayar denda €40 ribu akibat tak bisa mengendalikan perilaku suporternya.



http://www.goal.com/id-ID/news/1353/sepakbola-italia/2010/01/16/1746832/lega-calcio-hukum-juventus-kosongkan-curva-sud

Ultras

Ultras (berasal dari bahasa Latin ultra, yang berarti melampaui dalam bahasa Inggris, dengan implikasi bahwa antusiasme mereka adalah 'luar' normal) adalah bentuk tim olahraga terkenal pendukung fanatik mereka menampilkan dukungan dan rumit. Mereka sebagian besar adalah pengikut Eropa tim sepak bola. Kecenderungan perilaku kelompok-kelompok ultras mencakup penggunaan suar-terutama dalam koreografi-tifo, dukungan vokal dalam kelompok besar, bertentangan dengan penguasa dan tampilan banner di stadion sepak bola, yang digunakan untuk menciptakan suasana yang mengintimidasi pemain lawan dan pendukung , serta mendorong tim mereka sendiri. Konsisten saingan dengan lawan pendukung, kelompok-kelompok ultras sering diidentikkan dengan tim masing-masing. Tindakan kelompok penggemar ultra kadang-kadang bisa terlalu ekstrim dan kadang-kadang dipengaruhi oleh kekerasan rasial, ideologi politik, lintas-kota derbies antar klub dari kota yang sama, dan bahkan dari pertunjukan miskin oleh tim.

Asal
Subkelompok fan khusus ini muncul kuat di Italia pada akhir 1960-an ketika tim sepak bola mengurangi harga tiket di daerah-daerah tertentu di stadion.Istilah ini jarang dipakai di Inggris, tetapi dapat diterapkan untuk hardcore fans, atau penjahat.
Terpanjang berdiri kelompok ultra dikatakan Hadjuk's Split Torcida yang didirikan pada tahun 1950, dan mengambil nama dari apa yang disebut kelompok-kelompok pendukung di Brazil.However, yang "Fedelissimi Granata" didirikan di Turin pada tahun 1951, dan masih hadir di garis ultra-up di Maratona curva.Ultras Sampdoria muncul pada tahun 1969 (yang pertama menyebut diri mereka "Ultra"), diikuti dengan "Boys San" dari Inter. Pada tahun 1986 di Serbia, Red Star Belgrade Ultras Grup ini dibentuk.

Karakteristik
Kelompok ultra biasanya didasarkan pada kelompok inti (yang cenderung memiliki kontrol eksekutif seluruh kelompok), dengan subkelompok yang lebih kecil yang diselenggarakan oleh lokasi, persahabatan atau sikap politik. Ultras cenderung menggunakan berbagai gaya dan ukuran spanduk dan bendera dengan nama dan simbol-simbol kelompok. Beberapa kelompok ultra menjual barang dagangan mereka sendiri seperti syal, topi dan jaket. Budaya ultra adalah campuran dari beberapa gaya yang mendukung, seperti syal-melambai dan nyanyian. Kelompok ultra dapat nomor dari beberapa ratusan penggemar, dan sering mengklaim seluruh bagian dari sebuah stadion untuk diri mereka sendiri.
Keempat poin inti dari mentalitas ultra adalah:
• tidak pernah berhenti bernyanyi atau melantunkan selama pertandingan, tidak peduli apa hasilnya
• tidak pernah duduk selama pertandingan
• menghadiri permainan sebanyak mungkin (rumah dan pergi), tanpa biaya atau jarak
• kesetiaan kepada yang berdiri di kelompok ini terletak (juga dikenal sebagai Curva atau Kop).
Kelompok ultra biasanya memiliki perwakilan yang liaises dengan pemilik klub secara teratur, terutama mengenai tiket, alokasi kursi dan fasilitas penyimpanan. Beberapa kelompok klub menyediakan tiket murah, kamar untuk penyimpanan bendera dan spanduk, dan awal akses ke stadion sebelum pertandingan dalam rangka untuk mempersiapkan display. Beberapa non-ultras telah mengkritik jenis hubungan disukai. Beberapa penonton ultras mengkritik karena tidak pernah duduk selama pertandingan dan untuk menampilkan spanduk dan bendera, yang menghalangi pandangan mereka yang duduk di belakang. Ultras mengkritik orang lain untuk serangan fisik atau intimidasi non-ultra fans.

Hari Pertandingan
Varvari tifo di rumah Montenegro pertandingan Liga Pertama
Sebelum pertandingan besar, kebanyakan kelompok-kelompok ultra choreograph layar yang besar, (kadang-kadang dikenal sebagai Tifo) untuk ketika tim masuk. Mulai ukuran, berdasarkan kemampuan keuangan kelompok, telah tifo ditampilkan hanya di bagian stadion di mana kelompok ini terletak atau seluruh stadion. Kadang-kadang lembaran kecil plastik atau kertas yang dipegang tinggi-tinggi untuk membentuk suatu pola atau warna stadion. Materi lain yang digunakan termasuk balon, pita, spanduk besar, suar, bom asap, dan lebih baru-baru ini, boneka raksasa (seperti yang digunakan oleh Sampdoria's ultras pada tahun 2002). Ikon budaya populer yang sering digunakan pada spanduk, seperti Alex DeLarge (dari film A Clockwork Orange), Bulldog, atau Che Guevara.Corporate logo dan merek catchphrases juga sering digunakan. The display, yang dapat mahal untuk membuat, sering waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan.
Umumnya, ultra 'kelompok-kelompok, terutama di Italia, memiliki rasa permusuhan terhadap apa yang disebut sepak bola modern, yang mengacu pada semua-seater stadion, lebih mahal tiket, pertandingan yang dimainkan di non-tradisional kali (terutama malam pertandingan), pemain yang dibeli dan dijual seperti barang dagangan, dan komersialisasi yang berlebihan sepakbola pada umumnya. Spanduk yang menyatakan "contro Il Calcio Moderno" (Against sepak bola modern) atau sekadar "Tidak Al Calcio Moderno" (Tidak untuk sepak bola modern) yang biasa terlihat di stadion Italia, dan juga muncul dalam bagian-bagian lain Eropa. Bahasa Inggris umum setara, dilihat pada spanduk dan bendera di stadion di seluruh Inggris Raya, adalah ungkapan "Cinta Football, Hate Bisnis".
Kelompok ultra cenderung sangat vokal di pertandingan, dengan masing-masing kelompok memiliki beberapa nyanyian sepak bola. Melodinya sebagian besar diambil dari lagu-lagu populer, seperti "Guantanamera" dan "7 Nation Army". Lagu populer lainnya, dinyanyikan secara keseluruhan mencakup "Ciao Bella" dan "ACAB (All Cops Are Bastards)". Dalam kebanyakan kasus, seorang pemimpin kelompok, sering menggunakan megafon, mengkoordinasikan berbagai kegiatan dari seluruh kelompok, termasuk nyanyian, lagu, dan banner tetes. Website Fanzines dan memainkan peran besar dalam gerakan ultra. Sebagai biaya cetak menurun dan meningkatkan perangkat lunak penerbitan, fanzines telah menjadi semakin lebih profesional tampak.


Holiganism
Meskipun kelompok ultra bisa menjadi kekerasan, sebagian besar melanjutkan pertandingan tanpa insiden kekerasan. Tidak seperti perusahaan berandal, yang tujuan utamanya adalah untuk melawan para penggemar klub-klub lain, fokus utama dari ultras adalah untuk mendukung tim mereka sendiri. Penjahat biasanya mencoba untuk tidak menarik perhatian ketika mereka melakukan perjalanan, biasanya tidak mengenakan warna tim, dalam rangka untuk menghindari deteksi oleh polisi. Ultras cenderung lebih mencolok ketika mereka melakukan perjalanan dan suka tiba secara massal, yang memungkinkan polisi untuk mengawasi gerakan mereka. Ketika masalah yang melibatkan ultras tidak pecah, biasanya mengambil bentuk huru-hara politik yang mirip dengan yang di Italia pada 1970-an ketika Carabinieri menggunakan taktik yang sama dengan ultras seperti yang mereka lakukan dengan aktivis politik.
Namun, di sana tidak tampak "crossover di beberapa negara antara ultras dan hooligan. Di Italia, ketika klub Inggris Middlesbrough F.C. memainkan pertandingan melawan AS Roma pada Maret 2006, tiga fans Middlesbrough ditikam dalam serangan yang dipersalahkan pada pendukung Roma ultras.Roma ultras pendukung juga dipersalahkan karena sebuah insiden yang berkaitan dengan klub melawan klub Inggris Manchester United di Roma pada April 2007, yang mengakibatkan dalam 11 Manchester penggemar dan dua kipas Italia dibawa ke rumah sakit.ini peristiwa-peristiwa spesifik mungkin akan diberikan ke anti-pola pikir Inggris antara beberapa Roma fans bahwa tanggal kembali ke final Piala Eropa 1984. Berwenang Spanyol telah mengkhawatirkan terkait ultra-kekerasan terhadap pendukung klub-klub lain, seperti pembunuhan seorang penggemar Real Sociedad.

Politik
Napoli ultras memegang tinggi-tinggi spanduk protes tentang reaksi otoritas kematian seorang penggemar dari klub saingan.
Kelompok ultra kadang-kadang dikaitkan dengan politik, seperti rasisme, anti-rasisme, nasionalisme atau anti-kapitalisme. Selain itu, salah satu gerakan yang tumbuh dalam kelompok-kelompok ultra yang melampaui kiri-kanan tradisional politik adalah perlawanan terhadap komersialisasi sepak bola. Di Italia gerakan ini disebut Tidak al Calcio Moderno, yang diartikan sebagai Football Modern Nay. [7] Pada beberapa kasus, para penggemar telah memisahkan diri dari tim asli dan membentuk tim sendiri, seperti Manchester United FC untuk F.C. Bersatu of Manchester, Wimbledon FC (sekarang Milton Keynes Dons FC) untuk AFC Wimbledon dan FC Red Bull Salzburg untuk SV Austria Salzburg.
Beberapa kelompok Ultra - seperti Livorno's Brigate Autonome Livornesi, NK Zagreb's Bijeli anđeli, AC Arezzo's Fossa, Pisa Calcio's Ultras, Olympique de Marseille Curva-Massilia, St.Pauli 's Ultra Sankt Pauli, Celtic FC's Green Brigade, Hapoel Tel-Aviv Hapoel Ultras, Atalanta Bergamo's "Brigate Neroazzure", AEK Athena's Original 21, AC Omonia's Gate 9 dan Sevilla FC's Biris Norte - dikenal untuk menampilkan bendera dengan bintang merah, palu dan arit, lambang anarki, gambar Che Guevara atau berbagai anti-fasis ikonografi. Di Turki, Beşiktaş JK kelompok ultra Çarşı, yang dikenal karena pandangan sayap kiri, memiliki nilai A dalam logo yang mirip dengan simbol anarki. Ajax Amsterdam penggemar sering menampilkan Bintang Daud dan bendera Israel, dan secara teratur menyanyikan "Joden! Joden!" (Belanda untuk "Yahudi! Yahudi!") Dalam referensi klub akar Yahudi. Demikian pula, Tottenham Hotspurs ultras Yidos label sendiri dan memanggil tim Yid Angkatan Darat, untuk relect warisan Yahudi mereka. Antirazzisti MONDIALI tahunan (Anti-rasis Piala Dunia) menarik lebih dari 6000 orang, dan merupakan pertemuan terbesar anti-fasis di dunia Ultras.
Ada banyak politisi kanan ultras di dunia seperti Maccabi Tel Aviv's Ultras Beitar Yerusalem Famillia La Irriducibili Lazio, Inter's Boys San, Real Madrids Ultras Sur, Hellas Verona Brigate Gialloblu Espanyol's Brigadas Blanquiazules, FC Steaua Bucureşti's Peluza Nord & Peluza Sud, FC Dinamo Bucuresti's PCH (Peluza Cătălin Hîldan) dan Atletico Madrid kelompok ultra dikenal untuk menampilkan swastika dan rasis.

Persaingan
Sengit persaingan antara kelompok-kelompok ultra dapat ditemukan di seluruh dunia, walaupun sebagian besar dari persaingan yang lebih besar ditemukan di Eropa. Para persaingan sering didasarkan sekitar permusuhan dasar ke tim saingannya, terutama di derbies, dan beberapa persaingan yang sebagian didasarkan pada politik (misalnya Livorno vs Lazio). Ada juga telah persaingan antara kelompok-kelompok ultra yang mendukung tim yang sama; didasarkan pada pribadi dan / atau sengketa kepemimpinan. Kadang-kadang kelompok-kelompok ultra mencoba menangkap spanduk dan bendera dari kelompok saingan. Kehilangan banner atau bendera grup saingan dianggap sebagai penghinaan besar, dan kehilangan fraksi banner diperlukan untuk membubarkan diri.
Dalam buku Bagaimana Menjelaskan Sepak Bola Dunia, Franklin Foer menggambarkan persaingan antara tim Serbia dan Kroat sebagai, "baru, atau lebih tua, permusuhan bisa dilihat jelas di stadion sepak bola ... penggemar bernyanyi tentang pembunuhan masing-masing." ultras dari FK Partizan, Grobari (Penggali Kubur) dan FC Red Star Beograd, Delije (Pahlawan) membentuk dasar arkan's Macan, sebuah kekuatan paramiliter Serbia yang kemudian terlibat dalam berbagai aksi teror selama Perang di Yugoslavia. The Tigers membuat penampilan dramatis selama permainan derby Beograd 22 Maret 1992 antara Red Star dan Partizan; mereka mengangkat rambu berkata: '20 mil ke Vukovar '; '10 mil ke Vukovar'; 'Selamat Datang di Vukovar'. Lebih tanda diikuti, masing-masing nama untuk sebuah kota Kroasia yang telah jatuh ke pasukan Serbia. Arkan kemudian direktur Red Star pendukung 'asosiasi.Dalam pertandingan nanti, setelah pasukan Serbia mundur dari pendudukan Vukovar, Kroasia penggemar secara berkala akan menampilkan tanda-tanda menghormati Vukovar (kadang-kadang dieja Vukowar) dan menyanyikan: "Vukovar! Vukovar!". Ketika Bosnia-Herzegovina memainkan pertandingan persahabatan melawan Kroasia pada Agustus 2007, Kroasia penggemar membentuk sebuah simbol U manusia, yang mewakili gerakan fasis Ustase bertanggung jawab atas pembunuhan massal Serbia, Yahudi, dan orang-orang Roma selama Perang Dunia II. Ini adalah saat adanya peningkatan ketegangan etnis di Bosnia antara Kroasia dan Muslim Bosnia.


copy from :

http://soccersiana.blogspot.com/2009/12/sejarah-ultras.html

The Football Factory : Drughi Ultras

Drughi

Wikipedia : Ultras Juventus


The first real groups of Juventus Football Club supporters came in the middle of the seventies. The first two groups were called Venceremos and Autonomia Bianconera and both were on the left side in politics. In 1976 the first two real organizated Ultras groups were founded, Fossa dei Campioni and Panthers.

One year later, the Gruppo Storico Fighters was founded by Beppe Rossi, who was the most important figure among the Juventus supporters.

In the first years of the eighties other supporter groups were created: Gioventù Bianconera, Area Bianconera and Indians were among them. Two extreme ultras were also founded during this period: Viking and Nucleo Armato Bianconero (N.A.B.). These two groups really made themselves respected inside and outside of the stadium and were the only two Juventus Ultras groups who reminded of real hooligans.[citation needed] The reason is that they never feared fighting against other supporters.[citation needed] In 1987 the Gruppo Storico Fighters was dissolved as consequence of conflicts between Juve and Fiorentina fans in Florence. A lot of old Fighters members together with members from other groups -as Indians and Gioventù Bianconera- decided to form a new group called Arancia Meccanica, inspired by the popular Stanley Kubrick film, but a short time later they have changed the name to Drughi. Drughi became the most important supporter group and had about 10,000 members between 1988 and 1996.

The Caval d'Brons in Piazza San Carlo, the meeting point for Juventus fans at Turin.

In 1993 some of the Drughi members who were old members of Fighters group decided to form this group again. In the next four years they fought with Drughi, who then later became the leading group[citation needed] in La Curva Scirea [5] of the Stadio Delle Alpi and the result was that Drughi will hang their banner in the middle of La Curva Scirea while Fighters had to put their on right of them .

In 1997 leader groups Fighters and Drughi together with other groups in La Curva Scirea  decided to get together under the name Black And White Fighters Gruppo Storico 1977 .

In this period another big supporter group, Irrudicibili Vallette, gained massive influence in the Curva Nord of the stadium. The group was created in 1990 by a group from the Turin neighbourhood Vallette. This group was placed in the Curva Nord at the other end of the stadium from where Fighters are placed. In the beginning the group were very organized and in 1998 they replaced Viking and took over the leadership in the Curva Nord, but after many problems Irrudicibili do not exist any more.

At the present, the Curva Sud of the Stadio Olimpico di Torino is the main area where the Old Lady organized supporters attends their home matches . They are composed by current supporters groups as Drughi -the leading group in La Curva Sud -, Viking Juve, Arditi, Nucleo 1985, 06 Clan, Noi Soli, Gruppo Marche 1993 (also knowns as GM), Bruxelles Bianconera (composed by supporters from Belgium and Luxembourg ), Gruppo Homer (also knowns as GH), Assiduo Sostegno and Bravi Ragazzi (composed by former Irriducibili members). The Fighters group, the leading Juventus group located in La Curva Nord at the same stadium, have changed his name to Tradizione Bianconera in 2005.



Kelompok pendukung ultras Juventus, Drughi menjelaskan mengapa mereka memojokkan penyerang Inter Milan Balotelli dengan celaan.

Dalam pernyataannya, mereka mengklaim tidak rasis dan tidak akan minta maaf.

Dalam laga Derbi Italia, gelandang Juventus Tiago Motta mendapat kartu merah menyusul pelanggarannya kepada Balotelli. Atas hal itu, pendukung Inter menyerukan celaan berbau rasis kepada Balotelli.

Akibatnya, Juventus dihukum bermain tanpa penonton saat bertemu Lecce, 3 Mei mendatang. Selain itu, kecaman terus berdatangan dari berbagai pihak sebagai respons terhadap perilaku suporter itu.

Juventus sudah mengeluarkan pernyataan permohonan maaf atas kelakuan pendukungnya itu. Namun, pendukung ternyata punya pendapat sendiri.

"Kami tidak akan minta maaf kepada Balotelli karena nyanyian kepadanya merupakan respons terhadap provokasinya dan sikapnya secara umum di lapangan dan tidak mengenai asal-usulnya.

"Buktinya, Patrick Vieira dan Sulley Muntari tidak disoraki sama sekali," kata Drughi-Juventus Club Curva Filadelfia.

Pendukung garis keras juga menuntut keadilan bahwa perlakuan rasis juga dialami oleh sejumlah mantan pemain Juventus pernah mendapat celaan rasis, namun media tak pernah mengangkatnya besar-besaran.

"Selama bertahun-tahun sekarang di hampir setiap stadion Juve disambut dengan seruan 'Liverpool, Liverpool'.

"Sementara nama Gaetano Scirea, Riccardo Neri, Alessio Ferramosca, dan Daniele Fortunato digunakan dan disalah-gunakan dalam cara yang tidak bisa dibayangkan, namun media tidak pernah marah mengenai itu," lanjut pernyataan ultras itu.

"Rasisme tak ada hubungannya dengan ini dan ini adalah sebuah cara, yang sedikit bisa diperdebatkan, untuk membuat lawan kami kehilangan konsentrasi.

"Kami ingin menekankan, di skuat kami ada ikon ebony (kayu hitam) yaitu Momo Sissoko, yang kami simpan dalam hati kami dan bangga bahwa ia memakai kostum kami. Ini adalah alasan mengapa kami tidak merasa perlu minta maaf. Juve-Lecce akan dimainkan secara tertutup karena itu memang sudah diputuskan," jelas pendukung garis keras itu.

[kompas]


http://sepakbola.com/news/2009-04-21/0070/ultras-juventus-cela-sikap-balotelli-bantah-rasis 

Ultras Juve Tetap Cemooh Cannavaro


 Azwar Ferdian - Okezone
http://bola.okezone.com/index.php/read/2009/07/18/47/239958/ultras-juve-tetap-cemooh-cannavaro

TURIN - Fabio Cannavaro mendapat dua sambutan ketika tiba di Pinzolo. Selain mendapat sambutan dari fans Juventus, Canna juga mendapat siulan dari puluhan Ultras Juve yang tidak setuju melihatnya bergabung kembali.

Kedatangan kembali Cannavaro ke Juventus memang mengundang pro dan kontra dari kubu fans fanatik Juventus. Ada sebagian yang menyambut kehadirannya, namun tak sedikit fans dari garis keras menolak kedatangannya dari Real Madrid.

Ultras Juve mencap Canna sebagai pengkhianat ketika memilih hengkang ke Madrid, kala Juve sedang terpuruk dan terdegradasi ke Serie B, musim 2006/2007. Bianconeri tersandung kasus Calciopoli.

Kehadiran Cannavaro di sesi latihan perdana Juve ini pun mengundang reaksi Ultras. Setelah kapten Timnas Italia itu mendapat sambutan hangat darri sekitar 5000 fans, Canna mendapat siulan dari sedikitnya 30 Ultras Juve.

Juventus menghadapi musim depan dengan semangat berbeda. Juve mengusung target juara dengan mendatangkan beberapa punggawa baru, seperti Diego Ribas dan Felipe Melo.
(zwr)

Apa Itu Ultras ??


Ultras merupakan kelompok suporter yang amat terorganisir (highly organized) di italia dengan gaya dukung ‘teatrikal’ yang kemudian menjalar ke negara-negara lain

Model tersebut masyhur alias ngetrend karena menampilkan pertunjukan-pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang terkoordinir, kibaran aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan bom asap warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang Capo Tifoso yang menggunakan megaphones untuk memandu selama jalannya pertandingan

Dalam tradisi calcio, ultras adalah “baron” dalam stadion. Mereka menempati dan menguasai salah satu sisi tribun stadion, biasanya di belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord (utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu

Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil “melestarikan” paham-paham tua seperti facism, dan komunism socialism.

Mayoritas ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologis daripada perbedaan klub kesayangan. Untungnya, dalam tradisi Ultras di Italia terdapat kode etik yang namanya Ultras codex. Salah satu fungsi kode etik itu “mengatur” pertempuran antar ultras tersebut bisa berlangsung lebih fair dan “berbudaya”. Salah satu etika itu adalah dalam hal bukti kemenangan, maka bendera dari ultras yang kalah akan diambil oleh ultras pemenang. Kode etik lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi itu mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.

Dewasa ini, ultras kerap dipandang sebagai lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini.




Kesamaan-kesamaan itu tampak pada nyanyian lagu - yang umumnya digubah dari lagu–lagu komunis tradisional - lambaian bendera dan panji, kesetiaan sepenuh hati pada kelompok dan perubahan sekutu dengan ultras lainnya, dan, tentunya, keikutsertaan dalam kekacauan dan kekerasan baik antara mereka sendiri dan melawan polisi!


Bentrok dengan polisi menjadi salah satu tabiat asli ultras. Bagi ultras, polisi adalah hal yang diharamkan alias A.C.A.B (All Cops Are Bastards). Sebulan sebelum Sandri (suporter lazio) terbunuh, muncul klaim dari pihak polisi yang menyatakan bahwa tak kurang dari 268 kelompok ultra dengan aspirasi politik, semuanya memiliki semangat kebencian pada polisi. Selain itu, masih menurut polisi, mayoritas kelompok tersebut berhubungan dengan gerakan ekstrim kanan yang fasis.

Tak hanya polisi, manajemen klub, staff pelatih dan bahkan pemain juga pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari ultras. Beberapa kelompok Ultras dalam menjamin dukungannya (terutama dalam pertandingan tandang), memaksa klub untuk memberi jatah tiket gratis, keuntungan perjalanan, dan bahkan hak atas merchandise. Ketegangan dengan pihak klub kerap berujung boikot dukungan pertandingan di kandang


Dengan kemegahan dan kesuramannya ultras adalah fenomena khas Italia, representasi masyarakat Italia, dan identitas calcio. Seperti halnya kualitas Liga Serie A yang menjadi kiblat dunia sepak bola, seperti sistem catenaccio yang mengilhami banyak pelatih di dunia, maka aksi ultras di stadion pun menjadi rujukan dan referensi bagi suporter-suporter negara lain, Termasuk di indonesia.

Dino Rivoli adalah salah pemimpin legendaris Drughi. dia mati ditikam oleh salah seorang ultras
Ketika Viking, Nucleo, ultras ex-Fighters dan Drughi terlibat bentrokan tahun 2006 setelah game persahabatan vs Alessandria.

Dino dan Drughi memang dimusuhi oleh anggota Viking, Fighters dan Nucleo, mungkin karena masalah penguasa Curva Scirea (Sud)
Tambahan, sebenarnya nama Dino sudah menjulang saat dia ditangkap Polisi karena kasus pembunuhan dan perampokan thn 1989, dan saat itu dia sudah menjadi leader dari Drughi

Kita tidak akan hanya menemukan banner Ciao Dino di kandang Juventus, di kalangan ultras-ultras lain di Italia, nama Dino adalah nama yang sudah mendapat tempat di hati mereka

BEPPE ROSSI


Banner Beppe Rossi selalu terbentang di setiap partai kandang Juventus,
Beppe Rossi dianggap sebagai founder dari super grup tifosi Juventus yg pertama dan legendaris yaitu Black & White Fighters Gruppo Storico yg dibentuk tahun 1977

Dan saat itu mereka menempati salah satu Curva terkenal di Comunale (Olimpico Turin saat ini) nama kurva tersebut adalah Filadelfia

Grup ini merupakan sebuah kelompok yang sangat keras sehingga julukan Fighters melekat kepada mereka, berbagai peristiwa bentrokan mewarnai kelompok ini, seperti bentrok dengan fans Torino, Fiorentina, dll
Sehingga membuat mereka menjadi kelompok yang terkenal dan di takuti sekaligus kelompok yg di "musuhi" polisi

Grup ini kemudian vakum karena berbagai masalah dengan pihak berwajib di Italia khususnya di Turin
Dan akibatnya grup ini kemudian "menghilang" dan muncul kembali dengan nama baru "DRUGHI"



La Curva Sud dari stadion delle alpi ini dikenal sebagai La Curva Scirea dalam memori Gaetano Scirea, mantan pemain Juventus dan tim sepak bola italia

Selama delapan puluhan kurva yang sama, di stadion olimpico di torino (mantan Stadio Comunale) disebut La Curva Filadelfia.

History of Nucleo

History of Nucleo
 01:05 Dwi Prasetyo

1985 ORE ...." die hard "

Untuk menceritakan kisah orang-orang yang harus kembali dua puluh tahun, terutama pada awal '80-an, ketika Hector didasarkan "Triveneto Bianconero. Bahkan kemudian simbol adalah" wajah berteriak "yang diambil dari sampul album yang band punk era "DEAD KENNEDY. I (Maksimum) tiba di kota Bologna Bassano, beberapa tahun kemudian tepat pada waktunya untuk menghadiri Juventus Club of Bassano dan jelas tahu Hector.

Dari men-tiba pada hari-hari sebelum final Liga Champions di Brussels, di mana ada banyak masalah organisasi yang berkaitan dengan kurangnya tiket untuk menghadiri pertemuan. Untuk alasan ini berangkat dari Bassano dibagi menjadi dua kelompok:

Yang paling layak dengan tiket yang diberikan kepada kita oleh perusahaan (termasuk saya)

Kebanyakan santai dengan tiket yang dibeli oleh agen perjalanan menawarkan paket "all inclusive".

Sisanya adalah berita kejahatan dan hasilnya bagi kami adalah bahwa kami kembali dari perjalanan itu dengan dua sesama warga kurang.

Meninggal di sudut sialan itu Z.

E 'segera setelah permulaan sejarah kita di mana saya, Hector, Herman, dan semua anak-anak muda Bassano JC tidak lagi mengenali kebijakan resmi dari klub memutuskan untuk membangun sesuatu yang benar-benar berbeda dan lebih dekat kepada pemahaman kita mengenai stadion.

Kami memutuskan nama dengan mengecat dengan tangan kami pada bendera pertama "Area Bianconera Bassano.

Nama kelompok memberikannya sebagai simbol dan aku memutuskan untuk mempertahankan apa yang telah Hector "TBN".

Di antara yang pertama kami harus berkumpul kembali dengan anak-anak dari tanda dan Trentino, saat itulah kami memutuskan bahwa "Area Bianconera" itu kehilangan karakter lokal dan berharap ambisius. Untuk pertama ini dengan menghapus banner Bassano tertulis.

Kemudian datang 1987, tahun itu Juve merayakan 90 tahun pendirian dan tim bermain dalam sebuah pertemuan dengan link pertama dalam sejarah, mawar.

Kewalahan oleh warna, sehingga mempunyai wawasan lain yang kemudian menjadi juga sebuah "provokasi" untuk kelompok lain dari Turin, yang pada dasarnya sampai saat itu mungkin ada tidak pernah menyadari bahwa banyak.

Tentu saja saya pikir lawan fans bertanya-tanya siapa orang-orang yang memakai Juve di sudut spanduk merah muda dengan tulisan hitam.

Bagi kami adalah tahun yang sangat antusias meskipun fakta bahwa Juventus sebenarnya tidak memenangkan apa-apa. Tapi keyakinan kita itu kuat dan "AREA" adalah bekerja tanpa henti.

Segera setelah bendera bangkit dan emosional itu gempa bumi yang diciptakan, kita merasa perlu untuk mencari gambar akhir nama kami, di mana masih merah muda unsur keragaman dengan kelompok lain Juventini tetapi tidak lebih begitu jelas.

Dan 'dari analisis ini karakter yang timbul dari AREA definitif yang akan menjadi lebih populer dalam sejarah kelompok.

Hasilnya adalah panji-panji yang dibuka selama transfer akhir Kart Marx Stadt untuk pertandingan Piala UEFA yang dimainkan hanya beberapa hari dari jatuhnya Tembok Berlin.

Sementara itu, Juve bersiap-siap untuk meninggalkan stadion kota pergi bermain dalam tahap baru di Pegunungan Alpen dan bagi kita sudah waktunya untuk mengambil keputusan lain, yaitu bahwa posisi yang diambil dengan banner kami di stadion baru.

Itu adalah tahun kedua kelompok Alpen yang akhirnya mencapai 550 pelanggan meledak di tikungan selatan, kontak permanen dengan perusahaan kami dijamin tiket untuk pertandingan rumah dan pergi.

Tetapi seperti dalam semua cerita yang baik selalu ada saat krisis dan kemunduran, dalam keadaan koma saya melihat itu, daerah krisis dimulai dengan pelepasan Hector dan kesulitan dalam mengelola kelompok pada tahap dimana saya menikah dengan anak laki-laki kembar terhuyung parah dan melanjutkan pekerjaan saya.

Memutuskan untuk bergabung dengan kelompok dalam sebuah pertemuan di mana Anda harus menunjuk pengganti saya.

Ini adalah pertemuan berjuang keras, wilayah ini dibagi menjadi dua kelompok di mana, dalam kata-kata, jiwa lebih ultras diwakili oleh kelompok kota Sydney pada waktu itu adalah yang terbesar sepanjang Veneto.

Itu adalah keputusan saya terakhir lagi dan pasti yang paling salah, saya juga saya memilih untuk mereka percaya "saya" Venesia tetap pada terlalu "lembek" dan tidak berpengalaman untuk menangani kelompok besar dan penting.

Saya pikir saya membuat anak-anak membenci Veneto, tetapi kata-kata saya masih dihormati.

Jadi itu adalah bahwa dalam sejarah kejuaraan '93 '94 AREA pergi melalui orang lain.

Pada waktu itu saya bisa mengatakan sangat sedikit, tetapi tentu saja satu hal yang saya ketahui, beberapa kali kembali ke KURVA aku tidak lagi menyambut tamu, KEDUA UNTUK MENJADI BEWARE OF kembali dari tabiin SAYA DI SELATAN BEND.

KEMUDIAN BICARA DENGAN TEMAN LAMA GROUP saya menyadari bahwa saya telah melakukan KESALAHAN DALAM MENILAI INI ANAK DI POSITIF CARA DAN MEMUTUSKAN UNTUK MASUK DARI TANTANGAN HANYA DALAM BEND LAST OF CHAMPIONSHIP '94 '95.

Datanglah kepada saya dalam 5, 6 ORANG, YANG MENDERITA DARI HARI ITU bukan rasa sakit fisik, tapi untuk menyadari bahwa nama meninggal UNTUK ME FOREVER.

Setelah AREA kejahatan runtuh, mengalir ke beberapa bagian di Fighters, kelompok mengikuti beberapa Lombardia masih di belakang daerah banner tanpa ada yang mengerti bahwa itu adalah sebuah kanvas tanpa jiwa dan kami meninggalkan sangat sedikit Venesia memutuskan untuk memulai dari nol dengan nama baru.

Aku mulai bertaruh baru dengan orang yang sama yang telah dipermalukan Venesia dua tahun sebelum mereka memberinya suksesi perintah AREA.

Bahkan dalam petualangan baru ini saya mengusulkan nama grup:

CORE 1985, mengenali mereka sebagai pendiri perjalanan itu dimulai pada kurva sialan Z.

Itu adalah tahun '95-'96 musim, kurva hendak pengalaman Italia baru nama dari kelompok ULTRAS.

Tentunya itu tidak mudah berbagi dan masalah-masalah mulai sekarang.

Sebelum musim kami mempresentasikan diri di markas besar Juventus mencari pemimpin-pemimpin orang-orang dengan siapa aku harus dirawat di beberapa kali dan sangat kecewa ketika mengetahui bahwa mereka pergi.

Untuk perusahaan kami adalah orang asing. Keras kepala seperti swasta membeli lima puluh langganan kurva selatan, masalah terbesar keluar dalam manajemen perjalanan dan terutama di pertandingan kami harus menandatangani beberapa kali tetap berada di luar stadion.

Kemudian berbicara dengan beberapa bagian mantan saya saya mengenal pemimpin "Pejuang" kepada siapa aku berbicara dengan penuh ketulusan.

Aku tidak tahu apakah orang tersebut masih ingat kata-kata saya maka itu lebih atau kurang memiliki efek ini:

- Apakah Anda tahu bahwa hari ini perintah kurva jika Anda tidak mengenal saya tahu bahwa saya mendirikan sebuah kelompok yang saya berikan dalam hidupku untuk berbagai necessitudini saya di posisi harus bertanya apa waktu saya sudah diperoleh sebagai untuk Misalnya tiket untuk anak-anak saya ke permainan, tahu bahwa Anda akan memberi saya tentang kondisi Anda sebagai tiket atau selatan melewati saya menerima, tapi tidak akan pernah meminta untuk menjadi seorang Fighters karena saya dan hal-hal lain dan kita di sini tidak untuk menyangkal sejarah tetapi lebih untuk mencoba melanjutkan dengan kekuatan yang kita saat ini dapat memberikan --

Humbert, kepala, menatapku heran maka mungkin tidak mengerti dengan baik apa yang saya maksud, tetapi hari ini rasa hormat yang setara dengan apa yang kita bawa untuk dia dan kelompoknya menunjukkan pada waktu itu aku sudah menjelaskan.

Untuk musim '95-'96 di mana dimulai lagi inti dalam perjalanan karena harus merebut kembali menyapu untuk iklan pada setiap tahap di mana ia akan pergi dan siapa yang dimaksud dengan "tahap kehidupan" tim mana pun itu, aku tahu apa yang saya 'm bicara.

Kita sering disilangkan dengan mantan teman-teman dan godaan AREA saling klaim bentrokan itu sangat kuat.

Pada tahun itu satu-satunya cara bagi kami untuk sekarang bendera pertama kami CORE di Turin adalah meletakkannya di Sektor Timur 4 untuk sementara sisi selatan menyimpannya lotre selalu dikenal sebagai "persaingan" ini Sebagai kelompok yang tangguh yang mendominasi di selatan Fighters, maka obat, Old Guard, kawasan ini di utara Viking.

Ada pasti akan menyenangkan ... arah yang berlawanan dari kata!

Tapi kami langsung menuju jalan kami, ke mana-mana, bahkan ketika akal sehat tentu harus mencerminkan dan refleksi kita tentu harus menyerah.

Sepanjang tahap awal ini, kita juga ingat siapa aku berada di sisi: pertama-tama beriman DENNIS pengawal penuh kebanggaan dan tekad saya sendiri dan kemudian juga mereka yang tidak percaya sampai akhir kemampuan mereka, mereka tetap tidak pernah menyerah, terima kasih Fufi, Mauro, IVAN, PAUL.

Lalu setelah semua itu akhirnya kita berpaling ke final Piala Champions baru, Sebelas tahun telah berlalu sejak malam itu yang menandai nasib Juve 39 penggemar.

Mengapa kita disajikan di Roma dengan spanduk besar nasib seperti biasa "di rumah" dengan tulisan berikut:

- ROMA UNTUK DREAM Heysel DENGAN TIDAK MELUPAKAN --

Malam itu juga ia bermimpi bukan hanya karena kami memenangi piala, tetapi juga karena banner kami adalah dengan kelompok-kelompok utama di balkon pertama sementara daerah itu diserahkan ke posisi kedua, lalu "Popeye" Lombardo pada akhir pertemuan kita harfiah merobek Puerto tangan kami di lapangan.

Malam itu kami memenangkan piala dan bertaruh kami.

Setelah itu ajaib malam di Roma, di sudut selatan semuanya berubah. Bahkan, sebelum musim '96-'97, yang Fighters telah menetapkan kendali mereka di belokan kelompok di selatan, memaksa pembubaran mereka.

Jadi itu adalah bahwa "Drug", "Old Guard" dan "Area" menghilang sebelum mereka akhirnya memilih untuk pergi ke utara kurva tertutup, tapi sekarang benar-benar sangat sedikit.

Kelompok yang saya dirikan dan dikelola selama sepuluh tahun, hanya dalam dua tahun setelah perubahan dari "perintah" benar-benar mati.

Akhir ini, di dalam diriku, aku bisa bahagia dan saya masih bertanggung jawab atas segalanya.

Tapi sekarang masa depan bagi kita Veneto adalah dan masih menjadi "inti 1985".

Kita harus mengatakan dengan pasti bahwa musim '96 - '97 dan '97 - '98 kita sulit untuk mengelola.

Kami masih sedikit, hampir semua "lama" dan terutama dari Veneto, dengan keadaan semi-klandestin.

Selalu hadir, meskipun pengorbanan ekonomi yang besar, tetapi hanya dengan menempatkan banner menjauh dan kadang-kadang menangani risiko "fisik" dari beberapa anak laki-laki dari "Fighters".

Saya masih ingat di Tokyo untuk final Intercontinental, beberapa anak laki-laki dari Turin tidak mau banner tetapi setelah kita meletakkan semua fakta km dikatakan bahwa kami telah datang sejauh ini dan panji-panji inti, kami terbuka.

Sayangnya sebagian dari ketidaktaatan kita untuk meletakkan banner di selatan menerima sedikit pukulan.

It 'sulit untuk mengikuti tim Anda, membuat ribuan kilometer dan menghabiskan jumlah yang lebih besar dalam pengambilan risiko lebih karena Anda tidak di Turin. Namun, meskipun semua kesulitan ini, kelompok itu tumbuh, memilih bahkan anak laki-laki dari Veneto, pertama-tama anak-anak di Tuscany veteran dengan peleburan Viking terjadi di utara.

Mendesak oleh anggota Dewan, yang disebut Umberto, pemimpin Fighters, dan signifikan membatalkan memesan tiket untuk permainan berikut, menegaskan keinginan kita harus dihormati sebagai sebuah grup pada akhirnya biaya pembubaran kami.

Jadi itu adalah bahwa kami tiba di Vicenza - Juventus of '97 - '98 di mana kami sajikan kepada 500 orang, dengan spanduk terbesar pada gilirannya telah kami host dan koreografi yang indah.

"Piala dan liga dan pencurian adalah sempurna," membaca banner 70 meter dengan seluruh kurva tamu melambaikan ribuan karton putih dan kulit hitam.

Umberto I mengatakan bahwa ini bukan hari di mana kami kami takut untuk mengekspresikan semangat kami untuk Juve.

Kami akhirnya dekat dengan rumah dan keinginan untuk membuktikan, kalau apa-apa lagi yang diperlukan, bahwa kami berada di sana dan kita akan selamanya!

Hari itu, dengan bantuan tokoh utama lain dalam "selatan", kami memutuskan bahwa untuk musim berikutnya, si '98 - '99, "inti 1985" akan akhirnya memiliki tempat untuk iklan di Curva Sud.

Sementara itu, Juve memenangkan kejuaraan ke-25 kemudian kehilangan final di Amsterdam.

Sebelum musim '98 - '99, aku pergi dengan setia "Dennis" ke Turin untuk bertemu dengan para pemimpin di selatan.

Hasilnya adalah pergi ke depan untuk 40 meter ke 1 banner cincin selatan waiving Namun, setidaknya di Turin, karakter asli kami, sehingga menciptakan bendera "rumah" dengan tokoh-tokoh kelompok utama.

Karena tidak ada pilihan lain bagi solusi damai untuk menengahi ini dan masih.

Perjanjian ini akhirnya ditandatangani hubungan normal dengan semua komponen "Fighters" dari Turin, yang masih mengambil awal masalah baru dengan kelompok "Utara" lahir sesaat sebelum "dapat diminimalkan".

Aku tak pernah mengerti apa masalah sebenarnya dengan kelompok ini percaya bahwa kebenaran hanya dapat ditemukan bahwa kita bisa iri creargli hanya untuk berada di sana.

Tapi ini adalah kisah yang patut dipertimbangkan lebih lanjut meskipun kadang-kadang terbang di telinga.

Namun tidak masalah di selatan, kita hanya berpikir untuk tumbuh sebagai sebuah kelompok mencoba untuk menghidupkan kembali hubungan pertama dengan bendera dan koreografi dalam jangkauan kita dalam istilah keuangan.

Jadi, dalam waktu singkat anak-anak lain bergabung dalam grup, memperkaya dan membangunkan kami tua kadang-kadang dengan kritik konstruktif.

Bahkan, kami kembali dari sejarah Venesia "AREA" kita sekarang semua umur 30 ke atas untuk mendapatkan ke 40 jelas tanpa orang-orang baru ini, Antonio, Kristian Lombardia dan masing-masing dalam grup Friuli hari ini, kita mungkin akan dialokasikan pada akhir cerita kita, tidak lagi hanya mampu mereproduksi diri kita sendiri dan dengan cara yang sama.

Era pertempuran besar "ideologis" atau prinsip telah berakhir, sekarang ada hanya perlu tumbuh, karena, seperti yang sering berkata, tidak hanya sulit untuk mendapatkan sesuatu, tetapi juga dan terutama mempertahankan dan bahkan memperbaikinya , dan di sini di musim '99-'00 dan '01-00 bergabung dengan grup beberapa anak laki-laki, baik di wilayah Veneto Lombardia, dan yang bahkan sekarang adalah masa depan kita.

 

Kekuatan kita dan kita tantangan baru untuk tahun depan untuk musim '02-'03, itu akan tetap tumbuh, membuktikan bahwa kita bisa lakukan di dunia ULTRAS tanpa hak dan keuntungan oleh perusahaan-perusahaan, mengetahui menggabungkan pengalaman "lama" dengan antusiasme dari "muda" sekarang berlaku dengan tugas kontrol dalam baru "CORE 1985.

 

Sekali lagi .... Cerita berlanjut.


Sejarah Tifosi Juventus




La Curva Scirea
Kelompok superter sejati Juventus yang pertama muncul di pertengahan tahun 70-an. Saat itu ada dua kelompok tifosi sayap kiri dan organisasinya masih belum bagus. Dua kelompok itu adalah Venceromos dan Autonomia Bianconera. Lalu di tahun 1976 terbentuklah 2 kelompok suporter ultras sejati Juve, Fossa Dei Campioni dan Panthers. Baru setahun kemudian kelompok tifosi ultras yang legendaris berdiri, Fighters. Kelompok ini diprakarsai oleh Beppe Rossi. Beliau merupakan tokoh yang sangat berpengaruh bagi seluruh tifosi Juve dan menjadi panutan para ultras muda di Turin.

Awal era 80-an kelompok-kelompok suporter baru bermunculan. Gioventu Bianconera, Area Bianconera, dan Indians adalah beberapa diantaranya. Dua kelompok ultras yang ekstrim juga berdiri di periode ini, Viking dan Nucleo Armato Bianconero (N.A.B). Dua kelompok ini benar-benar menjadi grup tifosi yang dihormati di dalam dan di luar Delle Alpi. Viking dan N.A.B adalah kelompok yang benar-benar mengingatkan orang pada kata hooligans. Itu dikarenakan mereka tidak pernah takut bertempur dengan supporter klub manapun di dalam atau di luar stadion. Tahun 1983 kelompok Juventini yang berbeda dibentuk untuk menjalani partai tandang pertama mereka ke Eropa (Liege, Belgia tahun 1983).

Tahun 1987 kelompok tifosi bersejarah Fighters akhirnya dibubarkan setelah berjaya selama 10 tahun. Penyebabnya saat itu karena terjadi banyak kekerasan dan perkelahian dalam partai tandang ke Florence, melawan rival Juve, Fiorentina. Sebagian besar anggota Fighters lama, bersama dengan anggota Indians dan Giuventu Bianconera, membentuk sebuah kelompok supporter ultras yang baru, Arancia Meccanica (Clockwork Orange). Nama ini terinspirasi oleh film Stanley Kubrick berjudul sama yang populer saat itu

Nama itu menimbulkan kesan kekerasan dan negatif sehingga menimbulkan banyak masalah. Karena itu kelompok ini dipaksa untuk merubah nama kelompok mereka. Para fans sepakat untuk membodohi politisi kota Turin dengan merubah nama kelompok mereka menjadi Drughi. Drughi merupakan nama geng dimana tokoh utama film Clockwork Orange, Alex, bergabung. Lucunya, para politisi Turin terlambat menyadari hal ini. Drughi pun berkembang dan menjadi kelompok supporter terpenting dalam sejarah Juventus. Dalam kurun waktu antara 1988 sampai 1996 Drughi memiliki 10.000 anggota.

Pada tahun 1993 beberapa anggota Drughi memperoleh otonomi dan menghidupkan kembali kelompok tifosi lama, Fighters. Empat tahun setelahnya Fighters dan Drughi bersaing untuk menjadi yang terbaik di La Curva Scirea. Drughi menggantung banner mereka tepat di tengah La Curva Scirea Delle Alpi, sedangkan Fighters harus memasang banner mereka di sebelah kanannya.

Setelah Juve memenangkan Piala Champions atas Ajax tahun 1996, para supporter sangat bergembira dan memutuskan untuk berkolaborasi. Drughi, Fighters, dan beberapa kelompok kecil lainnya di La Curva Scirea memutuskan untuk bersama mendukung Juve dibawah satu nama, Black and White Fighters Gruppo Storico 1977. Nama Fighters pun memperoleh kembali kejayaan seperti awalnya tepat 20 tahun sejak kelompok supporter itu berdiri.

La Curva Nord
Di era 90-an satu lagi kelompok besar supporter terbentuk. Namanya Irriducibili Vallette. Kelompok ini mempunyai pengaruh besar di La Curva Nord Delle Alpi. Grup ini dibentuk pada 1990 oleh sebuah kelompok supporter dari Vallette Turin. Karena anggotanya banyak yang kena sanksi dan sulit bekerjasama dengan manajemen Juventus, Irriducibili dibubarkan pada akhir musim 2001/02.






Memulai musim 2002/03 direksi Juve memutuskan untuk memberikan La Curva Nord pada Centro Coordinamento Juventus Club. Ini adalah organisasi yang terdiri dari berbagai fans club resmi di Italia dan luar negeri. Lebih dari 1000 klub jumlahnya. Untuk itu manajemen bermaksud memindahkan semua kelompok ultras dari La Curva Nord, dan melarang mereka memasang banner di area itu. Proyek ini menjadi sebuah kegagalan besar bagi direksi Juventus.

La Curva Nord sekarang menjadi bagian paling sepi di Delle Alpi. Nyanyian supporter yang ada disana pun hampir tak terdengar. Tiadanya kelompok supporter yang memimpin di La Curva Nord adalah penyebabnya. Selama bertahun-tahun Juve memiliki dukungan luar biasa di dua curva yang siap mengumandangkan pujian bagi La Vecchia Signora. Merupakan hal yang langka di Italia maupun belahan dunia lainnya, dimana sebuah klub mempunyai dua basis tifosi yang berada di belakang dua gawang. Ini menciptakan atmosfer yang luar biasa bagi tim saat bertanding. Tifosi cemas akan apa yang akan terjadi kelak setelah stadion diperbarui. Apakah mereka masih bisa menempati dua curva itu atau manajemen Juventus akan meneruskan proyek gagalnya?

Irriducibili Valente sudah tidak ada lagi sejak tahun 2002. Tempat mereka sebelumnya ada di ujung lain, berhadapan dengan kelompok Fighters, yaitu di La Curva Nord. Terbentuk tahun 1990, mereka adalah kelompok supporter yang terorganisasi dengan rapi. Tahun 1998 mereka menggantikan Viking sebagai penguasa La Curva Nord. Masalah mulai timbul di awal musim 2001/02. Irriducibili mengkritik keras kepemimpinan Lippi dan hasil buruk yang diperagakan skuad Juventus awal musim itu. Akibatnya manajemen Juve menolak memberikan tiket away bagi mereka. Suasana pun semakin memanas.

Irriducibili kemudian berdamai dengan Lippi, namun masih menolak berbicara dengan klub atau vice versa. Setelah banyak masalah yang terjadi, Irriducibili Vallette pun dibubarkan. Sangat disayangkan karena mereka telah melakukan yang terbaik bagi Juventus. La Curva Nord sekarang bernama “Centro Juventus club, 1000 club per una curva”. Itu berarti kurva utara akan ditempati oleh 1000 fans klub berbeda di dalamnya.
Irriducibili Vallette juga memberi perubahan besar bagi para pendukung Juve. Revolusi yang bertujuan untuk menjadikan atmosfer stadion menjadi lbih mendukung bagi Juventus. Mereka berambisi menjadi kelompok tifosi nomor satu di Italia. Banner Irriducibili selalu hadir dimanapun Juve bertanding. Simbol mereka adalah “tangan saling bergandengan mengelilingi dunia”. Seperti Fighters, Irriducibili Vallette juga terdiri dari beberapa bagian. Dua kelompok dari Swiss, Zurigo dan Lugano bersama dengan Ponente, Marche, dan Milano dari Italia. Grup ini menyatakan diri tidak berpolitik dan memiliki fanzine sendiri, Numero Uno.

Powered by Blogger