ULTRAS di Indonesia

>> Fokus

THE JAK (PERSIJA Jakarta) - VIKING (PERSIB Bandung)


Saya mencoba untuk
menelusuri tentang dua berometer fans Ultras di Indonesia, yaitu Viking dan Jakmania. Perseteruan Viking dan Jakmania seakan telah menjadi legenda di persebakbolaan tanah air.Mungkin seakan sudah di takdirkan, kedua kelompok suporter ini memang sangat sulit untuk akur satu sama lain. Yel-yel ejekan bagi masing-masing kelompok suporter ini pun senantiasa membahana di kandang masing-masing tim kesayangan. Hal ini bahkan tak meandang apapun lawan mereka.

Di sisi lain, deretan kejadian sikap anarkis antara satu dan lainnya pun kerap terjadi. Hampir tiap Liga Indonesia bergulir, kejadian demi kejadian yang mencoreng persebakbolaan kerap terjadi. Baik di Jakarta maupun Bandung, Viking dan Jakmania masih sulit untuk disatukan. Akibatnya, pertandingan Persib melawan Persija kerap menjadi partai neraka, baik bagi pemain maupun suporter tamu.Bahkan Izin dari kepolisian sangat sulit sekali di turunkan menjelang partai ini.

Agum Gumelar, saat masih menjadi Ketua Umum PSSI, pernah angkat bicara."Saya menyesalkan pertikaian ini masih terus terjadi. Seharusnya masing-masing pihak saling mengerti dan memahami," katanya. Namun ya tetap saja, kedua kelompok 'Ultras' ini sangat sulit sekali untuk akur.


Imbauan ini pun mendapat sambutan positif. Selang beberapa waktu, acara silaturahmi antara kedua perkumpulan suporter itu pun digelar. Ketua Jakmania ketika itu, T. Ferry Indrasjarif hadir dalam pertemuan tersebut. Menyusul kemudian rombongan dari Viking dipimpin ketuanya Herru Joko. Sayang, pertemuan yang digagas pengurus Perib dan Persija itu gagal. Perselisihan pun terus bergulir. Aksi saling membalas kembali berulang.

Mencari siapa yang salah tentu tidak lagi relevan saat ini. Terlebih, kedua kubu sama-sama sudah merasakan kerugian. Viking tidak bisa menyaksikan pertandingan Persib di Jakarta. Sebaliknya, Jakmania juga harus puas mendoakan Persija dari jauh saat bertarung di Stadion Siliwangi.

Korban pun telah berjatuhan. Di sisi lain, pemain kedua tim senantiasa merasa waswas saat jelang laga di kandang lawan. Pengakuan suporter bahwa aksi kerusuhan yang dilakukan atas dasar rasa fanatisme yang tinggi terhadap klub kesayangannya, jelas salah besar.

Mereka salah mengejawantahkan arti fanatisme jika ujung-ujungnya melahirkan kerusuhan. Ini hanya akan berakhir sebagai fanatisme yang kebablasan. Toh pada akhirnya banyak pihak yang akan dirugikan.


Tapi bagaimanapun inilah 'seni' dari Sepakbola, jika hanya ingin mengenal sepakbola hanya dari apa yang ada di lapangan maka anda salah besar. Sepakbola itu kehidupan bagi para Ultras, bahkan nyawapun akan di relakan demi klub yang di dukungnya. Di Italia contohnya,seperti Juventini,Milanisti dengan Interisti Atau Laziale dengan Romanisti sperti sudah seteru abadi di sana. Sekali lagi saya katakan bahwa INILAH 'SENI' DARI SEPAKBOLA.

SMeCK dan KAMPAK FC - PSMS Medan


PERSATUAN Sepakbola Medan Sekitarnya atau biasa disingkat PSMS Medan adalah salah satu klub sepakbola yang berbasis di Medan. PSMS telah ada sejak 21 April 1950. Terlepas itu, sejak tahun 1930 telah berdiri klub Medansche Voetbal Club (MSV) yang diyakini merupakan embrio PSMS.

Sejak dulu memang kota Medan dikenal dengan perkebunan tembakau delinya, maka tak heran logo PSMS pun berupa daun dan bunga tembakau deli. Ayam Kiantan sendiri dikenal dengan tipe permainan khas rap-rap atau ribak sude, yakni sepakbola yang berkarakter keras, cepat dan ngotot namun tetap menjunjung sportivitas. Inilah yang kerap ditunjukkan oleh tim hijau-hijau tersebut.

Stadion Teladan adalah kandang PSMS Medan, namun stadion pernah dianggap tidak layak oleh Badan Liga Indonesia saat masih berlaga di Liga Super Indonesia hingga sempat melanglangbuana ke Stadion Jalak Harupat Bandung dan Stadion Gelora Jakabaring Palembang.

Mungkin hal ini jugalah yang membuat permainan PSMS agak menurun. Akibatnya, PSMS turun kasta ke Divisi Utama setelah gagal mengalahkan Persebaya Surabaya di laga playoff.

Tak jauh beda dengan klub-klub sepakbola yang ada di daratan Britania sana dengan suporter fanatiknya, di Medan juga ada pendukung yang selalu setia menemani Ayam Kinantan berlaga. Sebut saja KAMPAK FC (Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam Kinantan Fans Club) dan SMECK FC (Suporter Medan Cinta Kinantan Fans Club)

KAMPAK FC berdiri sejak 14 Februari 2001 hasil prakarsa Dicky Anugerah dan Riza Andriansyah. KAMPAK FC juga tercatat sebagai kelompok suporter pertama yang ada di kota Medan. Kini, mereka memiliki sekitar 5000 simpatisan dan sebagian besar simpatisan telah terdaftar resmi dan memiliki kartu tanda anggota.

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=74619:menapaki-sejarah-ayam-kinantan&catid=38:kreasi&Itemid=62

ULTRAS di Indonesia

SMS(SRIWIJAYA MANIA SUMSEL) - SRIWIJAYA FC



Pada tahun 2004 pemprov Sumatera selatan melakukan take over pembelian Klub sepak bola jawa timur Persijataim Solo yang saat ini berubah nama menjadi Sriwijaya fc. Untuk mendukung tim kebanggan kota Palembang sriwijaya fc yang berlaga didivisi utama, maka dibentuklah suatu komunitas pencinta sepak bola Palembang yang bernama fans sriwijaya mania yang didirikan oleh beberapa orang saja.
Setelah musim kompetisi liga Indonesia tahun 2004 berakhir, kelompok suporter sriwijaya fc yang dulu nya bernama fans sriwijaya berubah nama menjadi sriwijaya mania yang dipimpim oleh saudara Masyahiril S.pd. Setelah menjabat sebagai ketua umum sriwijaya mania yang pertama priode 2005/ 2006 banyak masyarakat yang bergabung menjadi kelompok suporter sriwijaya mania. Pada tahun 2005 jumlah anggota sriwijaya mania semakin bertambah banyak hinga ke daerah-daerah yang berada di Sumatera Selatan. Pada tahun 2005 kompetisi baru berjalan setengah kompetisi, kelompok suporter sriwijaya fc , sriwijaya mania yang dipimpim Masyahiril terpecah menjadi dua, dan memisahkan diri dari sriwijaya mania dan muncul lah kelompok suporter baru di Palembang yang di dirikan oleh 8 orang yang menamakan kelompok suporter mereka singa mania..

Perpecahan yang terjadi ditubuh sriwijaya mania ini disebabkan oleh kurang nya tranparansi sistem kemajemenan yang dipimping oleh masyahiril. Beberapa anggota lama sriwijaya mania yang merasa kurang puas atas kinerja masyahiril selama ini melakukan pemberontak dan membuat kelompok suporter baru yang mereka namai singa mania yang di perkasai oleh 8 orang. Setelah masa kerja ketua umum sriwijaya mania masyahiril usai diadakanlah pemilihan ketua umum baru sriwijaya mania untuk priode 2006/2007, dalam rapat pemilihan ketua umum yang di selengarakan dan di hadiri oleh perwakilan masing-masing korwil terpilihlah Marthin Avetama S.E. A.K sebagai ketua umum sriwijaya mania priode 2006/2007. Selama kepemimpinan Marthin Avetama kelompok suporter ini menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan banyak pencinta bola yang bergabung menjadi anggota sriwijaya mania. Tidak lama masa kepemimpinan ketum sriwijaya mania Marthin Avetama, ada berberapa orang anggota sriwjaya mania yang membelot dan tidak setuju atas kinerja Mathin Avetama selama ini.
Pada tahun 2006 diadakan lah rapat mendesak yang menuntuk diadakan nya pergantian ketua baru. Dalam rapat yang diadakan terjadi perpecahan suara antara kedua belah pihak, ada beberapa korwil yang tidak setuju atas kinerja ketua lama selama ini menuntut ada nya pemilihan ketua baru dan ada pula yang menentang atas tindakan sepihak atas pemilihan ini. Dalam Rapat ini terpilihlah keputusan sepihak yang terpilihnya ketua umum baru Sriwijaya Mania. Pada saat terjadi rapat pemilihan ketua yang baru ketua umum sriwijaya mania sedang berada di jakarta. Korwil-korwil yang merasa tidak setuju atas terpilihnya ketua baru yang bernama Rendra ini, memutuskan untuk terus mendukung Marthin Avetama dan membentuk suporter sendiri yang lebih independent dan mandiri. pada tahun 2007 setelah pemisahan diri Marthin Avetama dan para pendukung nya membentuk kelompok suporter baru yang bernama SRIWJAYA MANIA SUMSEL.
Saat ini sriwjaya mania sumsel telah memiliki ribuan masa suporter yang ter organisir oleh beberapa korwil yang berada di kota palembang. Tecatat ada 23 korwil Dan 5 Korda di Jawa (Banjarnegara,Jogja,Tanggerang,Bogor,Jakarta)yang tergabung dalam wadah pencinta bola sumatera sumsel (from email)

http://suporter.info/sejarah-berdirinya-smssriwijaya-mania-sumsel

ULTRAS di Indonesia

Aremania - Arema Malang


Sejarah Aremania: zaman Galatama

▪ Arema berdiri pada Agustus 1987. Pada waktu itu Liga Indonesia dibagi dua: Liga tim semi-profesional bernama Galatama dan Liga Perserikatan.

▪ Selama zaman Galatama beberapa geng pemuda Malang merupakan para suporter Arema. Selama zaman itu suporter Arema bukan suporter murni tetapi suporter brutal seperti Hooligan Inggris. Perilaku geng-geng tersebut berdasarkan pada egoisme yang buruk. Di stadion setiap geng mencoba membuktikan siapa yang paling keras.

▪ Selama zaman itu persaingan keras antara suporter Surabaya dan Malang dimulai. Sering terjadi di Surabaya pengrusakan kendaraan yang berplat N dan di Malang kendaraan yang berplat L mengalami hal yang serupa. Juga pada tahun 1992 ada semacam ‘sweeping’ menghadapi orang Surabaya di Malang. Polisi harus melaksanakan operasi agar aksi brutal itu dapat dicegah.



Sejarah Aremania: zaman Ligina

▪ Sekitar pertengahan tahun 1990-an istilah Aremania mulai dipakai sebagai nama suporter Arema. Sementara itu geng-geng di Malang mulai luntur.

▪ Anggota geng yang pada akhir tahun 1980-an masih muda, di pertengahan tahun 1990-an sudah lebih dewasa. Munculnya generasi geng baru di Malang tidak terjadi karena faktor perubahan sepak bola di Indonesia dan upaya pencegahan dari beberapa tokoh Aremania.

▪ Pada tahun 1990-an pemain asing mulai bermain untuk klub-klub Liga Indonesia. Pada tahun 1994 klub Galatama dan Perserikatan digabungkan menjadi Ligina. Setelah itu klub-klub dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah timur dan wilayah barat. Pada akhir Ligina juara Ligina ditentukan dengan putaran ‘play-off’. Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) mulai mendorong perkembangan Liga yang lebih profesional.

▪ Nama Aremania serta simbol Singo Edan diciptakan oleh beberapa tokoh Aremania sehingga dapat mempersatukan suporter Arema. Suporter Arema didorong tokoh Aremania menjadi rukun dan sportif.

▪ Namun proses itu mengalami hambatan. Persaingan keras antara suporter Malang dan Surabaya terjadi sampai sekarang. Konflik antara dua kelompok suporter ini di Malang masih terjadi sampai tahun 1999.

▪ Insiden di luar Malang terjadi sampai tahun 2001. Yang paling parah setelah zaman Galatama terjadi di Sidoarjo pada Mei tahun 2001.

Aremania: Bukan Organisasi

▪ Persatuan Aremania bersdasarkan pada ide inklusif, yaitu bahwa semua suporter Arema bersaudara. Sistem ketertiban suporter tergantung pada pengurus suporter, Koordinator Wilayah atau korwil. Tokoh korwil adalah pengurus suporter di sebuah kampung atau daerah.

▪ Tokoh korwil mempunyai hubungan dengan RT setempat, Polresta Malang dan PS Arema. Kalau Aremania ingin menyaksikan pertandingan di luar Malang harus meminta izin terlebih dahulu.

▪ Anggota korwil yang membayar iuran mendapatkan dua kartu identitas Aremania. Anggota Aremania pasti mendapatkan tiket pertandingan melalui tokoh korwil dengan harga loket. Kalau anggota ikut tur dia diakui sebagai Aremania di berbagai tempat karena memakai kartu identitas tersebut.

▪ Manfaat untuk para suporter adalah mereka menjadi sangat tertib di kandang sendiri atau di kota klub lawan. Karena sistem organisasi itu, ribuan suporter bisa datang ke Jakarta atau Gresik tanpa ada masalah serius apapun.

▪ Di antara korwil yang ada di Malang tidak ada ketua umum. Begitu banyak korwil kadang-kadang tidak ada kesepakatan. Dan usulan bahwa Aremania seharusnya dilembagakan ditolak. Aremania tidak dapat dengan mudah disalahgunakan oleh pihak tertentu untuk tujuan tertentu karena Aremania bukan sebuah organisasi. Aremania tergantung pada tujuan dasar untuk mendukung Arema. Kalau Aremania disalahgunakan barangkali persatuannya akan hancur.

Atraksi Pertandingan Arema

Suporter Arema telah membuat atraksi pertandingan selain pertandingan sepak bola itu sendiri. Yang tersebut dibawah ini adalah hal-hal yang terjadi sebelum dan selama berlangsungnya pertandingan:

12.00 Daerah di sekitar stadion Gajayana kandang tim Singo Edan mulai didekati suporter.

14.00 Sektor ekonomi mulai ramai sekali.

14.30 Tribun VIP mulai ramai.

15.00 Dirigen Aremania tiba di stadion. Di belakang gawang utara dirigennya bernama Yuli. Di gawang selatan dirigennya bernama Kapet. Mereka memulai semacam latihan sorak-sorai, lagu dan dansa yang terus berlangsung sampai akhir pertandingan.

15.20 Pemain-pemain masuk lapangan untuk latihan. Nama setiap pemain dipanggil satu persatu oleh penyiar. Pemain Arema menerima tepuk tangan yang meriah.

15.25 Penonton semua berdiri, mengangkat syalnya dan dengan kompak menyanyikan lagu ‘Padamu Negeri’.

15.30 Permulaan pertandingan sepak bola.

Di belakang gawang terjadi semacam pesta suporter. Ada beberapa pemain tambur yang membantu dirigen. Ada bermacam-macam lagu dinyanyikan suporter sambil menirukan gerak-gerik dirigen. Selama dansa itu, suporter melambaikan tangan dan syal atau bendera sambil melompat-lompat.

17.30 Pertandingan telah berakhir dan Aremania pulang. Walaupun kalah Aremania tidak membuat kericuhan.

Aremanita: Kehadiran suporter perempuan

▪ Selama Ligina VIII di stadion Gajayana tidak ada masalah yang lebih serius dari lemparan botol plastik.

▪ Sudah begitu aman bagi suporter perempuan untuk hadir. Lagipula mereka berkumpul atas nama Aremanita. Aremanita berusaha untuk menghapus tanggapan negatif terhadap suporter perempuan di Malang.

http://acil15.blogspot.com/2009/05/sejarah-aremania-zaman-galatama-arema.html

ULTRAS di Indonesia

 Bonek PERSEBAYA



Istilah Bonek muncul secara tiba-tiba dan besar juga karena media massa yang awalnya bagus yang lambat laun justru mengalami pergeseran pengertian dan akhirnya lebih berkonotasi negatif. Masih ingat gimana dulu Jawa Pos dengan koordinator langsung Cak Dahlan Iskan pernah memberangkatkan ratusan bus, puluhan gerbong KA dan pesawat terbang menuju Jakarta. Tret..tret.. tetttt... begitulah tema yg usung Jawa Pos tahun 1988-an. Dan sebutan populer untuk suporter persebaya waktu itu adalah 'Green Force'.

Antusias bukan hanya dari surabaya saja, tetapi juga datang dari kota-kota besar di Jawa Timur. Bahkan dalam suatu kolom di Jawa Pos selama 7 hari berturut2 ada komentar & kesan-kesan dari para peserta Tret tret tett yg tertulis dengan foto para peserta lengkap dengan alamatnya. Begitu antusiasnya jawa pos sampai dalam head line news tertulis "Hijaukan senayan" dan sambuatn masyarakat surabaya dan jawatimur pun luar biasa. Dalam ceritanya ada yg sampai menggadaikan motornya, menjual TV, Tape, perhiasan istrinya dan peralatan rumah tangga lainnya, yg muda2 banyak yg harus mengamen dulu pokoknya harus bisa ke senayan !!. Modal Tekad itulah semangat untuk meng-hijaukan senayan begitu menggebu. Sementara yg punya duit pas-pasan masih ada cara lain yaitu 'menggandol' truk secara estafet mulai dari Surabaya - Jakarta sambil mengamen di jalanan. Bahkan ada juga yg berangkat jauh2 hari sebelum pertandingan final (padahal persebaya belum tentu masuk final) dengan menumpang gerbong kereta pertamina yg jalannya kayak keong itu... pokoknya sampe Jakarta. Semangat yang positif dan antusiasme tanpa ada ANARKISME dan KERUSUHAN dengan melibatkan massa banyak itulah yg mendapatkan acungan jempol banyak kalangan di Indonesia saat itu. Sebagai catatan senayan ketika itu dijejali 110 Ribu penonton dari Surabaya dan Bandung !! Suporter Persebaya sendiri sekitar 40% nya (masih kalah banyak dengan bandung yg memang jaraknya lebih dekat). Suatu rekor jumlah penonton yg barangkali sampai saat ini belum terpecahkan. Belum lagi semangat heroik dari beberapa suporter persebaya yg memanjat dan merayap sampai ATAP bangunan senayan yg berbentuk lingkaran itu hanya untuk membentangkan spanduk super raksasa warna hijau tulisan putih yg bertuliskan "Merah Darahku Putih Tulangku Bersatu Dalam Semangatku".

Nah Semangat itulah dengan berbagai cara yg HALAL untuk datang mendukung persebaya ke senayan membuat beberapa media massa, terutama JAPOS sebagai pelopornya mulai mengistilahkan BONEK (Bondo Nekad), dalam as** tulisan mereka bahwa semangat hidup dan semangat untuk maju manusia perlu punya modal tekad yg kuat. Modal tekad atau Bondo Nekad atau Bonek sejatinya tidak seperti yg ditunjukkan oleh generasi bonek-bonek saat ini yg justru cenderung brutal, nekad dalam arti menghalalkan segala cara adalah bukan Bonek yang sesungguhnya. Sebetulnya kesalahan juga dari para bonek sebelumnya yg tidak meninggalkan warisan bonek yg sebenarnya, juga media massa yg kadang ikut mengompori dan bahkan seakan-akan ikut membenarkan. Bahkan kerusuhan bonek sudah menjadi semacam rejeki buat mereka, karena berita tentang Bonek tentunya akan meningkatkan oplah surat kabar mereka. Salah kaprah lainnya adalah istilah Modal Tekad dan Modal Nekad sebetulnya serupa tapi tak sama. Tekad lebih ke semangat untuk melakukan tindakan sedangkan nekad lebih ke tindakan yg dilakukannya. Seharusnya bukan Bondo Nekad tetapi Bondo Tekad... tetapi untuk kemudahan pengucapan lebih cenderung Bondo Nekad alias Bonek.


Semoga kelak suporter persebaya bisa lebih baik lagi. Urusan semangat dan tekad jangan dihilangkan. Yang patut kita perbaiki adalah bagaimana kita bisa melakukan takad ke arah tindakan yg positif dengan organisasi yg lebih rapi dan terkoordinir. Untuk urusan tekad dan nekad.... nggak usah di ragukan arek suroboyo nomer siji. Tapi Untuk urusan organisasi yg terkoordinir kita perlu belajar dari suporter lain. Ibaratnya kita saat ini merasakan getahnya, kalau roda berputar posisi kita saat ini berada di paling bawah. Tapi insya Allah, saatnya Bonek ada di atas bukan karena kebrutalannya tapi semangat terorganisasi dan tekad ala Arek Suroboyo yg harus dikedepankan !!

http://www.bonek-rungkut.co.cc/2009/08/sejarah-bonek.html 

ULTRAS di Indonesia

The JAK - PERSIJA

19 February 2008
Sejarah The Jakmania

The Jakmania berdiri sejak Ligina IV, tepatnya 19 Desember 1997. Markas dan sekretariat The Jakmania berada di Stadion Menteng. Setiap Selasa dan Jumat merupakan rutinitas The Jakmania baik itu pengurus maupun anggota untuk melakukan kegiatan kumpul bersama membahas perkembangan The Jakmania serta laporan-laporan dari setiap bidang kepengurusan.

Tidak lupa juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru dalam rutinitas tersebut. Ide ini muncul dari Diza Rasyid Ali, manajer Persija waktu itu. Ide ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Sebagai pembina Persija, memang Bang Yos (sapaan akrabnya)sangat menyukai sepakbola. Ia ingin sekali membangkitkan kembali sepakbola Jakarta yang telah lama hilang baik itu tim maupun pendukung atau suporter.

Pada awalnya, anggota The Jakmania hanya sekitar 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok paling ideal disaat itu. Meski dari kalangan selebritis, Gugun tidak ingin diberlakukan berlebihan. Ia ingin merasa sama dengan yang lain.

Pengurus The Jakmania waktu itu akhirnya membuat lambang sebuah tangan dengan jari berbentuk huruf J. Ide ini berasal dari Edi Supatmo, yang waktu itu menjadi Humas Persija. Hingga sekarang, lambang itu masih dipertahankan dan selalu diperagakan sebagai simbol jati diri Jakmania.

Seiring dengan habisnya masa pengurusan, Gugun digantikan Ir. T. Ferry Indrasjarief. Ia lebih akrab disapa Bung Ferry. Masa tugas Bung Ferry adalah periode 1999-2001 dan kembali dipercaya untuk memimpin The Jakmania periode 2001-2003, 2003-2005.

Lelaki tinggi, tampan dan sarjana lulusan ITI Serpong inilah yang memimpin The Jakmania hingga 3 periode. Dibawah kepemimpinan Bung Ferry yang juga pernah menjadi anggota suporter Commandos Pelita Jaya, The Jakmania terus menggeliat. Organisasi The Jakmania ditata dengan matang. Maklum, Bung Ferry memang dibesarkan oleh kegiatan organisasi. Awalnya, sangat sulit mengajak warga Jakarta untuk mau bergabung.

Beruntung, pengurus menemukan momentum jitu. Saat tim nasional Indonesia berlaga pada Pra Piala Asia, mereka menyebarkan formulir di luar stadion. Dengan makin banyaknya anggota yang mendaftar sekitar 7200 anggota, dibentuklah Kordinator Wilayah (Korwil).

Dan sampai pendaftaran terakhir saat ini terdapat lebih dari 30.000 anggota dari 50 Korwil. Setelah diadakan Pemilihan Umum Raya 2005, untuk memilih Ketua Umum yang baru, akhirnya terpilihlah Ketua Umum Baru periode 2005-2007 yaitu Sdr. Hanandiyo Ismayani atau yang bisa dipanggil dengan Bung Danang.

disadur dari www.jakmania.org

ULTRAS di Indonesia

Vikig Persib Club - PERSIB BANDUNG

Melihat rangkaian sejarah perjalanan Viking Persib Club, maka para Vikers (anggotanya) akan selalu bercermin pada perjalanan Persib Bandung dalam mengarungi Samudra kompetisi sepakbola Indonesia, baik pada saat Kompetisi Perserikatan maupun pada saat Liga Indonesia. Berawal dari perjalanan prestasi “Sang Maung Bandung” yang begitu membanggakan dan menggetarkan dunia persepakbolaan Indonesia, khususnya pada dekade 1985 hingga dekade 1995, dimana Persib mampu memberikan suatu kebanggaan kepada para pencintanya, dengan tampil lima kali berturut-turut pada partai final Piala Presiden (Perserikatan kala itu), dan tiga kali diantaranya Persib berhasil tampil sebagai “Kampioen”, yang kemudian berlanjut dengan merebut gelar “Juara” untuk pertama kalinya pada kompetisi format baru, yaitu Liga Indonesia. “Totalitas” yang telah diberikan oleh Persib kepada para pencintanya, kemudian dijawab kembali dengan “Totalitas” oleh sekelompok Pendukung Fanatik Persib yang kala itu sering menempati Tribun Selatan Stadion Siliwangi. Tercetuslah ide untuk membentuk sebuah kelompok Bobotoh demi melestarikan dan menjaga kebesaran nama Persib, disamping untuk menyatukan aspirasi serta kesamaan rasa cinta kepada “Sang Idola” Persib Bandung.

Melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuklah sebuah kesepakatan bersama. Tepatnya pada Tanggal 17 Juli 1993, disebuah rumah dibahu jalan Kancra no. 34, diikrarkanlah sebuah kelompok Bobotoh dengan nama ….. VIKING PERSIB CLUB. Adapun pelopor dari pendiriannya antara lain ; Ayi Beutik, Heru Joko, Dodi “Pesa” Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap aktif dalam kepengurusan Viking Persib Club.

Nama VIKING diambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut dikenal dengan sifat yang keras, berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta senang menjelajah. Karakter dan semangat itulah yang mendasari “Pengadopsian” nama VIKING kedalam nama kelompok yang telah dibentuk.

Secara demonstratif, Viking Persib Club pertama kali mulai menunjukan eksistensinya pada Liga Indonesia I -- tahun 1993, yang digemborkan sebagai kompetisi semi professional pertama di Tanah Air kita. Slogan “PERSIB SANG PENAKLUK” begitu dominan terlihat pada salah satu atribut yang dipakai anggotanya.

Perjalanan waktu, kebersamaan, hubungan pertemanan, serta kesamaan rasa cinta yang telah terbina, pada akhirnya telah menjadikan Viking Persib Club sanggup bertahan hingga saat ini, bahkan semakin berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah nusantara.

Idealisme Viking Persib Club

Viking Persib Club adalah sebuah kelompok bukanlah organisasi atau fans club dengan segala aturan-aturan formal yang mengikatnya. Setiap anggota atau Vikers adalah bagian dari sebuah “Keluarga”, …. Dan layaknya sebuah Keluarga, keberagaman sifat dan tingkah laku yang berada didalamnya adalah merupakan sesuatu hal yang lumrah, dan Viking akan selalu berusaha untuk mengakomodir keberagaman tersebut.

Kelompok Suporter dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, karena didalamnya terdapat sekumpulan individu yang berinteraksi secara bersama-sama serta memiliki kesadaran keanggotaan yang didasarkan oleh kehendak dan prilaku yang disepakati. Seperti kebanyakan kelompok-kelompok Bobotoh lainnya yang turut terlahir sama seperti halnya Viking Persib Club, yaitu secara Grass Root (dari arus bawah), maka Viking Persib Club memiliki cara atau cirri khas dalam menyikapi setiap permasalahan anggotanya. Hubungan pertemanan dan kekeluargaan yang tulus, erat tanpa pamrih serta rasa persaudaraan yang tinggi menjadi modal yang kuat bagi VIKING untuk terus eksis selama beberapa dekade.

Keanggotaan Viking Persib Club yang semakin besar, jelas menuntut sebuah tanggung jawab serta pengaturan yang sedemikian rupa secara professional, agar dapat lebih terukur dari segi pendataan, keuangan, rutinitas maupun manajerial, yang tentu saja membawa dampak tanggung jawab yang sangat besar bagi kepengurusan Viking Persib Club. Namun tentu saja semua formalitas tersebut tidak akan menghilangkan warna, ciri khas serta karakter Viking Persib Club. “Viking tetaplah Viking! Dia harus bercirikan kedekatan yang tulus antar anggotanya dan berkarakter sebagai sebuah keluarga ataupun geng”

Viking Persib Club murni lahir secara independen berdasarkan inisiatif dari para Bobotoh dari golongan grass root. Dalam pandangan Viking, supporter tidak hanya berperan sebagai “tukang sorak” saat menyaksikan dan mendukung kesebelasan kesayangannya, tetapi peran supporter harus lebih dari itu! Dia harus menjadi pembangkit semangat saat tim kesayangannya jatuh bangun menunaikan tugasnya dilapangan. Supporter juga harus menjadi kekuatan tambahan bagi para pemain dilapangan, …… intinya, supporter harus menjadi pemain ke-12! Dan VIKING ingin menjadi pemain ke-12 bagi PERSIB.

Pada saat ini, …… ketika sepakbola sudah menjadi industri, Peranan Bobotoh buat PERSIB pun menjadi berkembang tidak hanya sebagai objek pelengkap saja. Bobotoh seharusnya menjadi bagian dari prestasi dan keberhasilan yang dicapai oleh PERSIB. Berangkat dari sana, ….. Viking Persib Club pun mulai mengembangkan sayapnya dalam berbagai bentuk aktualisasi diri, mulai dari peningkatan pengkoordiniran massa dengan dibentuknya “distrik” di berbagai wilayah pada kantung-kantung Bobotoh, Penjualan Merchandise, pembuatan album kompilasi Persib, hingga tour organizer yang menyelenggarakan pemberangkatan rombongan Bobotoh ketika mendukung PERSIB apabila bermain tandang.

Kepemimpinan & Kepengurusan Viking Persib Club

Sejak awal berdirinya hingga saat ini, ….. Viking Persib Club diketuai oleh Heru Joko, dengan Panglima --- Ayi Beutik. Pertanyaan yang muncul, ……. Mengapa harus ada figur panglima? Jawabannya singkat saja, karena Bobotoh terikat secara emosional, dan mereka mengikatkan diri kepada PERSIB dan juga kepada sesama pendukung Persib. Kata Panglima disini adalah sosok “Ibu” dalam keluarga, pengasuh bagi anak-anaknya, sosok yang memimpin serta melindungi para anggota apabila terjadi sesuatu dilapangan. Sedangkan jabatan Ketua Umum yang disandang Heru Joko, adalah sebagai figure kharismatik yang memiliki fungsi politis keluar organisasi atau kelompok lain. Lain halnya dengan Yoedi Baduy yang menjabat sebagai Sekretaris Umum, ia mengelola dan mengkoordinir segala bentuk kegiatan secara administratif. Bisa dikatakan ketiganya adalah pemimpin atau leader Viking Persib Club, yang tentu saja ditopang oleh pentolan-pentolan Viking Persib Club yang lainnya, seperti ; Yana Ewok, Asep “Ucok”, Yana Bool (Mr. Y), Dadan Gareng, Boseng, Odoy, Pesa dan Hendra Bule.

Dan yang tak kalah pentingnya lagi, …… kontribusi Distrik-distrik Viking Persib Club yang saat ini sudah tersebar diberbagai wilayah , seolah menjadi elemen penting lainnya bagi pendobrak berkembangnya Viking Persib Club dewasa ini.

http://www.vikingpersib.net

http://www.vikingpersib.net/viewpage.php?page_id=1

European clash with Liverpool.[BBC Report]

[BBC Report]

I was sitting in the Curva Sud, which is where all the Juventus ultras sit. Quite frankly it was all you would expect. It was very intimidating, very exhiliarating and very, very loud. There were a number of banners around, ones in English which said "It's easy to speak, it's hard to forgive". Another banner carried the message "UK equals United Killers". I saw plastic bottles being thrown at Liverpool supporters as well as coins and oranges.


The odd seat was ripped up and fans charged the plastic fences.

The irony was that the public address system announced that if fans were caught throwing anything or were guilty of shouting or any violent conduct, they would get thrown out of the stadium.
Yet time and again I saw people throwing bottles and throwing seats. But the stewards would just get hold of the fans and put them where they were before. This happened before the game, at half-time and at the end of the match. It was a little bit far for me to see if the fans were covering their faces so as not to be seen. But the chances of those supporters being identified afterwards and being charged are pretty low. There were problems outside the ground before the game kicked off but I have to say that that did not involve Liverpool fans at all. Liverpool fans were taken in coaches with police escorts from the city centre a good three hours before kick-off.



Juventus fans clash with police


And the ones that arrived the day of the game at the airport were also given a police escort directly into the ground. There were clashes between Juventus fans and police outside the stadium, with two cars, including one police car, set on fire. When I asked a policeman about this he said it was normal and that this is what happens at every high-profile game that Juventus play at Stadio Delle Alpi. Liverpool fans did throw missiles back and I saw them charging the fences separating them from the other Juventus fans. Liverpool always take their own club stewards with them and they were trying to calm their fans down and take them back to their seats. There was a lot of anger at the end of the match.

Some of the Juventus fans I spoke to asked why Liverpool were only apologising now, why it had taken 20 years for the club to apologise for what happened at Heysel, where 39 people died? They insisted that the only reason that everybody was talking about it now was because the two teams were drawn together in the Champions League. There is still a lot of anger in Turin towards the Liverpool fans. Liverpool would like to think that they went a long way to gaining the respect of Juventus after what they did at Anfield during the first leg. But there are still lots of people in the city that just won't let it lie.

Thursday, 14 April, 2005, 09:32 GMT 10:32 UK
http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/football/europe/4443587.stm

Lega Calcio Hukum Juventus Kosongkan Curva Sud


Akibat insiden berbau rasis, Juventus dihukum mengosongkan tribun tempat para ultras, Curva Sud di stadion Olimpico.

Oleh Agung Harsya

16 Jan 2010 00:51:00


Juventus menderita sedikit kerugian setelah Lega Calcio memutuskan akan membatasi jumlah penonton untuk pertandingan mereka melawan AS Roma pekan depan.

Hakim olahraga Giampaolo Tosel memutuskan, sebagai sanksi atas perilaku rasis para pendukungnya, Juventus harus mengosongkan tribun Curva Sud, tempat biasa para ultras Bianconeri mendukung tim kesayangannya. Denda uang dinilai tak lagi dapat menimbulkan efek jera.

"Dalam pertandingan Juventus melawan Napoli, fans yang berada tribun Curva Sud menghina pemain lawan dengan ucapan berbau rasis," bunyi pernyataan resmi Lega Calcio.

"Hakim merasa perilaku ini terus berulang dan memutuskan sanksi berupa pengosongan tribun Curva Sud."

Dalam pertandingan melawan AC Milan yang berakhir 3-0 untuk tim tamu pekan lalu, Juventus harus membayar denda €40 ribu akibat tak bisa mengendalikan perilaku suporternya.



http://www.goal.com/id-ID/news/1353/sepakbola-italia/2010/01/16/1746832/lega-calcio-hukum-juventus-kosongkan-curva-sud

Powered by Blogger